RADAR JOGJA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) menegaskan masjid atau rumah ibadah tidak boleh dijadikan kegiatan politik dalam bentuk apa pun. Apalagi menjelang ibadah puasa Ramadan sekaligus menjelang pesta demokrasi 2024 mendatang.”Kami mengimbau agar tidak menggunakan tepat ibadah untuk kegiatan politik praktis, menyebarkan ujaran kebencian, berita hoaks, dan adu domba,” tegas Ketua MUI DIJ Prof Dr KH Machasin MA Selasa (14/3).

Machasin mengakui, pihaknya tidak mungkin bisa melakukan pengawasan satu per satu. Oleh sebab itu peran dewan masjid harus dioptimalkan. Mereka harus terlibat dalam pengawasan di lingkungan masjid setempat. Komunikasi dan koordinasi segera dilakukan MUI kepada para dewan pengurus masjid di seluruh DIJ.”Ketika Ramadan, semestinya (masjid, Red) menjadi tempat untuk menjalankan ibadah, melakukan kajian Alquran, dan berbagai ibadah lain,” ujarnya.

Di sisi lain, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu juga menegaskan para pengurus MUI tidak boleh terlibat politik praktis. Meski begitu jika ada yang bergabung pada kubu calon presiden tertentu maka harus non aktif terlebih dahulu.”Mungkin baiknya kalau dukung siapa ya sebaiknya non aktif dari MUI. Wong kita menganjurkan untuk tidak ikut politik praktis malah pengurusnya itu kan malah, nanti malah menghancurkan sendiri,” jelasnya.

Kepala Satpol PP DIJ Noviar Rahmad mengatakan pihaknya siap bertugas dalam pengamanan pemilu. Pengamanan pemilu di lingkup TPS, KPPS, hingga tingkat KPU dengan melibatkan Satlinmas dan Jagawarga.“Ketugasan ini tentu melakukan pengamanan di kotak suara, sehingga memang teman-teman dari Satlinmas ini harus dibekali terkait dengan ketugasannya,” ujarnya.

Pembinaan terhadap Satlinmas sudah dilakukan sejak Januari hingga akhir Maret 2024 mendatang. Sedangkan pembekalan bagi Jagawarga akan dimulai April hingga November 2023.

Noviar menyebut ada dua pemilihan umum di DIJ, yakni 14 Februari 2024 pemilihan Presiden dan 27 November 2024 pemiliham kepala daerah. Potensi konflik sangat mungkin terjadi sehingga harus disiapkan segala sesuatunya.“Di sinilah peran dari Satlinmas dan Jagawarga supaya konflik-konflik internal yang ada di lingkungan masing-masing tidak terjadi. Konstelasi politik boleh memanas tetapi kita di Jogja harus tetap adem,” jelasnya. (lan/din)

Jogja Utama