
SEPI: Kondisi SD Negeri Krinjing 2 usai diselimuti hujan abu pada Sabtu (11/3). Pihak sekolah pun terpaksa untuk melakukan pembelajaran semi daring kepada siswanya.(NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Para siswa SD Negeri Krinjing 2 kini belajar secara semi daring. Hal itu dilakukan imbas dari adanya erupsi Gunung Merapi pada Sabtu (11/3) lalu. Para guru pun mengambil sikap tersebut guna mengantisipasi adanya hujan abu susulan di Desa Krinjing.
Kepala SD Negeri Krinjing 2 Kartini mengatakan, hari ini para siswa kelas 1-6 ke sekolah hanya sampai pukul 10.00. Setelah itu, mereka dipulangkan usai mendapat tugas dari guru. “Karena situasi tidak memungkinkan dan bisa mengancam keselamatan jiwa anak-anak,” paparnya, Senin (13/3).
Terlebih, kondisi dan situasi Gunung Merapi saat ini masih belum benar-benar stabil. Sehingga dikhawatirkan kembali terjadi erupsi. Lantaran jarak SD Negeri Krinjing 2 dari puncak Merapi hanya sekitar 5 kilometer.
Kartini menceritakan, saat terjadi hujan abu, para siswa kelas 1-6 yang berjumlah 60 itu baru saja selesai mengikuti ekstrakurikuler karate. Setelah itu, mereka lelah dan sedang bersantai di lantai depan kelas.
Tanpa aba-aba, terdengar suara gemuruh dari puncak. Kemudian, cuaca yang semula cerah, tiba-tiba menjadi gelap dan seketika terjadi hujan abu. Bukannya takut, para siswa justru tampak menikmati momen tersebut. Hanya saja, pihak sekolah tampak kelimpungan dan panik untuk mengondisikan para siswa.
Sebenarnya, kata dia, pihak sekolah masih trauma akibat letusan Gunung Merapi pada 2010 silam. Sedangkan para siswa sudah terbiasa. “Mereka (anak-anak) lahirnya setelah 2010, jadi belum tahu. Bahkan, yang sekarang kelas 6, ada yang lahir di pengungsian,” terangnya.
Saat terjadi hujan abu, para siswa diminta untuk masuk ke ruang kelas. Sementara para guru berkoordinasi dengan orang tua agar menjemput anaknya masing-masing. Padahal, saat ini tengah berlangsung ujian praktik untuk kelas 6 hingga Sabtu (18/3) mendatang.
Lantaran kondisi masih belum memungkinkan, lanjut dia, ujian praktiknya hanya dilaksanakan pada 07.30 – 10.00. Setelah itu, anak-anak diminta untuk pulang yang didampingi orang tua masing-masing. “Tadi pagi, anak-anak memang datang ke sekolah. Tapi, hanya untuk bersih-bersih, kemudian diberikan tugas, dan pulang pada pukul 10.00,” ujar dia.
Langkah tersebut diambil setelah berdiskusi dengan para guru dan koordinator wilayah (korwil) Disdikbud Kecamatan Dukun. Dengan pertimbangan, ketika pembelajaran dilangsungkan secara langsung, akan menimbulkan dampak negatif bagi para siswa.
Kartini menambahkan, dari korwil pun telah memberikan keputusan dan dikembalikan kepada sekolah. “Dari korwil, memberikan instruksi, monggo untuk pembelajaran, SD yang lebih tahu. Karena situasi dan kondisi Merapi, sekolah yang mengalami,” jelasnya.
Kemudian, diputuskan untuk melangsungkan pembelajaran secara semi daring. Artinya, para siswa diberi tugas, dikerjakan di rumah, lalu pagi harinya dibawa ke sekolah dan guru akan mengoreksinya. Setelah itu, guru akan memberikan tugas lagi. “Intinya anak-anak berangkat, menyerahkan tugas, dikoreksi, diberikan tugas, lalu pulang,” imbuhnya.
Kondisi ini, lanjut Kartini, belum ada batas waktu yang ditentukan akan berlangsung hingga kapan. Namun, ketika dua hingga tiga hari ke depan, kondisi sudah membaik, maka pembelajaran dapat dilaksanakan secara tatap muka kembali. Tidak hanya SD Negeri Krinjing 2 saja, tapi juga SD Negeri Krinjing 1 yang melaksanakan pembelajaran semi daring.
Terpisah, Bupati Magelang Zaenal Arifin mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjauhi puncak Merapi. “Semoga tidak ada lanjutannya (guguran Gunung Merapi) cukup sampai di sini saja.
Kalaupun ada lanjutannya, ya kita harus prepare dan hati-hati,” katanya.
Apabila nantinya kembali terjadi awan panas guguran pada puncak Merapi, Zaenal meminta agar jajaran TNI, Polri, Pemerintah Kabupaten (Pemkan) Magelang untuk selalu mempersiapkan segala sesuatunya. Hingga saat ini pun, aktivitas masyarakat masih berjalan seperti biasa. (aya/pra)