RADAR JOGJA – Agenda tahunan Business Matching kembali digelar. Kali ini, tim Tourism Business Matching menjalankan agenda di lima kota. Yakni Jogjakarta, Bandung, Surabaya, Balikpapan, dan Jakarta. Jogjakarta sendiri menjadi kota pertama dalam perhelatan Business Matching 2023, bertempat di Artotel Suites Bianti. Dari event ini, ditargetkan transaksi mencapai Rp 1,5 miliar.
Project Director Tourism Business Matching Sri Astuti menyebut, nilai tersebut ditargetkan untuk setiap kota. Jumlah ini pun telah ditingkatakan. Sebab sebelumnya, target transaksi per kota hanya Rp 1 miliar. “Dan kami usahakan target itu naik terus,” ucapnya kemarin (22/2).
Dalam agenda ini, Dinas Pariwisata DIJ, Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Jogja, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIJ, hingga pengamat dan praktisi pariwisata pun turut digandeng.
Sebab, gelaran ini mempertemukan seller yang didominasi oleh pihak penyedia jasa wisata dan akomodasi penginapan serta perjalanan. Sementara buyer, banyak didominasi oleh jajaran korporasi serta instansi pemerintah.
Sekretaris Dinas Pariwisata DIJ Anita Verawati mengajak, semua pihak untuk turut terlibat dalam mendongkrak industri budaya dan wisata di Jogjakarta.
“Acara ini sangat berperan dalam penggerak pariwisata. Saya berharap kolaborasi untuk meningkatkan sektor pariwisata ini terus berlanjut,” bebernya.
Anita menambahkan, Jogjakarta memulai start point pada 2022 setelah pandemi. Sehingga wisatawan nusantara pada tahun ini dipatok mencapai 20 juta pengunjung. Target ini diupayakan untuk mendekati jumlah kunjungan pada 2018 dan 2019.
Ketua PHRI DIJ Deddy Pranowo membeberkan, pihaknya siap mengakomodasi terkait penginapan dari kunjungan para wisatawan. Hal ini pun tidak dipusatkan di wilayah Kota Jogja. Namun ekspansi hotel dilakukan hingga empat kabupaten di DIJ. “Jangan sampai takut kehabisan kamar di Jogja,” tegasnya.
Deddy juga menambahkan bahwa dulu ada 120 hotel dan restoran yang secara lisan menyatakan tutup permanen saat pandemi datang. Namun sekarang, jumlah tersebut mengalami penurunan. Data terakhir yang masih tutup dan berjuang untuk terus menjalankan mode bisnisnya ada sekitar 10 hotel nonbintang dan restoran yang belum buka kembali karena masalah finansial. (cr1/eno)