RADAR JOGJA – Babak perempat final turnamen Liga Anak Nusantara U-15 batal digelar. Empat laga yang dijadwalkan berlangsung Kamis (2/2) di Stadion Sultan Agung, Bantul, urung digelar lantaran panitia tidak berada di lokasi dan tidak dapat dihubungi. Imbasnya, para pemain muda harus mengalami situasi tak mengenakkan sejak dini.

Ketidakhadiran penanggung jawab dan operator Liga Anak Nusantara disesalkan oleh tim yang bertanding. Salah satunya pengurus Mataram Utama FC Cholid Dalyanto. Dia menyebut, timnya mengalami kerugian materi, waktu, dan tenaga para pemain. Apalagi performa pemain Mataram Utama sedang bagus di Liga Anak Nusantara.

“Anak-anak juga kasihan karena lagi semangat bertanding. Kerugian terbesar di biaya operasional. Tapi tim yang dari luar Jogja juga rugi lebih besar,” katanya kepada Radar Jogja (2/2).

Cholid menjelaskan, pada awalnya Mataram Utama menyambut baik turnamen tersebut. Karena Piala Soeratin yang belum digelar imbas tragedi Kanjuruhan. Hal itu untuk menjaga feeling kompetisi dari para pemain. Juga untuk menyiapkan diri jika sewaktu-waktu Piala Soeratin dilanjutkan.

Mataram Utama sendiri lolos ke putaran nasional dengan mengirim dua tim yakni A dan B. Babak nasional dimulai dengan perwakilan regional total berjumlah 20 tim yang dibagi ke dalam empat grup. Masing-masing grup diisi lima tim. Mataram Utama A dan B lolos ke babak delapan besar usai menjadi juara di grupnya masing-masing.

Babak delapan besar sedianya digelar pada Rabu (1/1). Namun Asprov tak mengizinkan penggunaan stadion karena bertabrakan dengan Piala Soeratin. Akhirnya diundur ke hari Kamis (2/2). “Tapi sampai Rabu malam tidak ada informasi satu pun. Di grup nasional juga sudah tidak ada pergerakan, akhirnya operatornya melarikan diri,” ungkapnya.

Pada Kamis (2/2) pagi, para peserta mendatangi Stadion Sultan Agung (SSA). Niatnya untuk memastikan apakah lanjut digelar atau tidak. Namun, stadion masih ditutup. Cholid mengatakan, pengelola Liga Anak Nusantara ternyata masih memiliki tunggakan sewa stadion. Hal itu pun membingungkan para peserta, terutama yang berasal dari luar DIJ.

“Kami kecewa panitia sudah merusak nama baik DIJ di depan tim dari luar DIJ. Yang mengiranya ini kerjaan orang Jogja. Kami tim dari Jogja pun tidak bisa memberikan solusi, karena juga sama-sama peserta,” ujarnya.

Penunggakan sewa stadion itu dibenarkan oleh Staf Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bantul Bambang Ardi. Ia menyebut, panitia sama sekali belum membayarkan uang sewa untuk dua stadion, Dwi Windu dan SSA. Juga untuk petugas lapangan seperti anak gawang dan tim medis. “Totalnya Rp 40 juta untuk dua stadion dan petugas lapangan. Saat ini sedang kami laporkan ke kepala dinas” jelasnya saat dikonfirmasi Radar Jogja kemarin (3/2).

Sejumlah peserta seperti Mataram Utama, Pemuda Tenggarong dan PS Gelora Sintang akhirnya melaporkan hal itu ke Asprov PSSI DIJ. Mereka disambut oleh Sekretaris Umum Asprov DIJ Armando Pribadi dan Direktur Kompetisi Asprov DIJ Ediyanto pada Kamis (2/2) siang. “Kami melaporkan bahwa kami dirugikan oleh pengelola turnamen. Harapannya peserta dari luar Jogja juga punya bukti bahwa di delapan besar dirugikan, tidak dilaksanakan pertandingannya,” kata Cholid.

Cholid menegaskan, hal ini menjadi pengalaman bagi pemilik klub untuk lebih cermat dalam memilih turnamen. Terlebih harus ada organisasi resmi yang memayungi turnamen atau kompetisi tersebut. “Kalau ada kegiatan tanpa organisasi yo rasah melu, ujung-ujungnya ya seperti ini,” tegasnya.

Direktur Kompetisi Asprov PSSI DIJ Ediyanto menyayangkan sikap dari panitia yang tidak bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan itu. “Meskipun itu tidak direkomendasikan oleh Asprov, secara moral kan sebenarnya harus tanggung jawab,” ucapnya kepada Radar Jogja (2/2).

Asprov DIJ sendiri tidak merekomendasikan turnamen tersebut. Ediyanto menjelaskan, sebelum pelaksanaan turnamen, Asprov meminta kepada panitia untuk bisa berkomunikasi terkait dengan turnamen tersebut. Namun kenyataannya tidak ada komunikasi hingga hari pelaksanaan.

“Asprov tidak bisa melarang sepak bola, hanya biasanya kalau ada event nasional, panitia dari pusat komunikasi dengan Asprov untuk membentuk panitia kecil. Nanti kami mintai tanggung jawabnya terkait dengan pendanaan atau keuangan sehingga pelaksanaan bisa lancar,” bebernya.

Sementara itu, panitia Liga Anak Nusantara memberikan keterangan melalui akun Instagram resmi turnamen @ligaanaknusantara pada Jumat (3/2). Dalam unggahannya, panitia mengaku lalai terkait jadwal pelaksanaan delapan besar yang berbenturan dengan Piala Soeratin. Panitia juga mengaku kurang koordinasi dengan Asprov DIJ yang menyebabkan dicabutnya izin dari PSSI pusat. Sebagai bentuk tanggung jawab, panitia akan memberikan kompensasi kepada delapan tim yang lolos di turnamen U-15. (tyo/laz)

Jogja Utama