RADAR JOGJA – Musibah gempa di Cianjur, Jawa Barat, menjadi pelajaran untuk wilayah DIJ yang juga memiliki potensi sama. Namun, peristiwa ini tak bisa diprediksi. BPBD DIJ tetap menyiapkan kesiapsiagaan dini agar kewaspadaan ini tak semakin kendor. Terlebih, persoalan terkait dengan rumah aman gempa.

Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana mengatakan, gempa Cianjur menjadi momentum untuk mengingatkan seluruh masyarakat, terutama pemangku kepentingan kabapaten/kota, untuk melakukan sosialisasi dan asesmen terkait perumahan warga yang berada di kawasan rawan bencana gempa. “Kita sudah petakan (kawasan rawan bencana gempa) di Perda Nomor 5/2019. Ini menjadi prioritas agar kemudian efektif, sehingga perlu dilakukan sosialisasi kembali,” katanya kemarin (26/11).

Biwara menjelaskan, gempa di Cianjur mengingatkan kepada semua khususnya wilaya Jogjakarta yang juga pernah terjadi. Artinya potensi tersebut ada, namun tak bisa diprediksi. Maka kuncinya adalah pada kesiapsiagaan, terlebih peristiwa gempa 27 Mei 2006 silam. Dikhawatirkan, kesiapsiagaan itu semakin lama semakin kendor. “Karena memang kita kekhwatirannya makin lama makin lupa, terkait dengan rumah aman gempa dan sebagainya. Apalagi kalau juga butuh rumah, saya kira langkah itu,” ujarnya.

Meskipun bencana gempa tidak bisa diprediksi. Namun setidaknya masyarakat bisa mengontrol dari awal, terutama yang hendak membangun rumah kaitannya dengan keamanan terhadap gempa. “Kita mau membangun rumah dengan galvalum, kayu, atau gipsum, yang penting memenuhi syarat untuk rumah aman gempa,” jelasnya.

Dikatakan, maksimal yang perlu dilakukan adalah pada satu hal yakni mengurangi kerentanan. “Karena ada orang yang meninggal dan adanya korban itu karena tertimpa kayu, tembok, beton. Itu yang harus kita cegah,” tambahnya.
Selain itu yang juga perlu menjadi perhatian sederhana adalah penataan dalam ruangan. Perlu disepakati, didaur ulang untuk mengantisipasi ketika terjadi gempa. Di mana perlu berlindung dan evakuasi di lingkungan-lingkungan tersebut.

“Masyarakat sudah normal beraktivitas, dari pertemuan-pertemuan yang mulai aktif lagi, kita gunakan kembali mengingatkan dan melihat sekeliling kita terhadap potensi-potensi bencana, sebagaimana kawasan itu ada di mana. Saya kira itu menjadi penting,” tambahnya.

Terpisah, Sekprov DIJ Kadarmanta Baskara Aji mengatakan sesuai dengan pemetaan lebih dalam usai gempa 2006 silam, memang di DIJ terdapat banyak tempat-tempat yang masuk ke dalam peta pergerakan Sesar Opak. Artinya, ada potensi gempa yang cukup besar. “Ada Sesar Opak, itu punya potensi gempa yang cukup besar,” katanya.

Peta pergerakan itu, dikatakan Aji, bisa diakses masyarakat melalui Badan Informasi Geospasial (BIG) maupun BPBD DIJ.
Oleh karena itu, untuk menyikapi ini dalam rangka mitigasi perlu disiapkan bangunan-bangunan yang aman terhadap gempa.

Awalnya harus memilih bahan-bahan atau material yang ringan. Hal ini agar ketika terjadi gempa tidak fatal dampaknya. “Jadi DIJ termasuk potensi gempa. Bukan hanya gempa sebetulnya, ancaman Merapi juga, dan tanah longsor serta banjir,” tandasnya. (wia/laz)

Jogja Utama