RADAR JOGJA – Aktif mendirikan klub-klub bimbingan meski tanpa honorarium. Ini yang dilakukan Dwi Subekti, guru SMAN 1 Bantul hingga meraih berbagai prestasi.
Dwi Subekti adalah seorang guru pada umumnya. Perempuan 47 tahun ini menjalani profesi guru dan melakukan ketugasannya dengan sepenuh hati. Tugasnya tak hanya mengajar di sekolah, melainkan mengembangkan potensi-potensi para murid di luar jam pelajaran. Baik di bidang akademik maupun nonakademik.
“Mungkin waktu saya habis di sekolah dibandingkan di rumah, karena setelah mengajar, saya membimbing murid-murid saya di bidang mereka masing-masing,” kata Dwi kepada Radar Jogja kemarin (24/11).
Dwi membentuk para siswa untuk berprestasi. Tak hanya siswa yang mumpuni secara kompetensi intelektual, melainkan terhadap siswa yang belum mumpuni. Mereka dibentuk dan dibimbing sesuai minat bakat bidang mereka masing-masing. Maka, ibu dua anak ini membentuk wadah untuk mengajarkan ke mereka berbagai bidang.
Wadah ini dinamai klub bimbingan, yang berlangsung di luar jam pelajaran di sekolah selama 3-4 kali pertemuan dalam seminggu. Putri kedua dari tiga bersaudara ini bermaksud ingin memutus stigma bahwa dengan jalur zonasi, tidak akan menghambat sekolah untuk meraih prestasi terbaik. Maka warga berdomisili di Kota Jogja ini kemudian melakukan optimalisasi terhadap para siswa yang secara akademik kurang, namun memiliki kelebihan lain yang bisa dikembangkan ke dalam bidang kreativitas.
“Zonasi tidak menjadi penghalang bagi anak-anak. Anak-anak yang saya bimbing, kebanyakan belum pernah di SMP meraih prestasi. Dan ini tantangan tersendiri yang membuat saya termotivasi. Anak-anak ketika mereka memiliki kemauan dan komitmen, kemudian kita sentuh dengan upaya-upaya semaksimal, mungkin mereka bisa meraih prestasi yang diinginkan,” tandasnya.
Peserta didik utamanya yang secara intelektual tidak mampu mereka dikembangkan dari sisi kreativitasnya. Mereka dibimbing dan disiapkan melalui wadah klub belajar inovasi kewirausahaan. Mereka didorong untuk mengikuti Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI). Dari kelebihan yang dipunyai siswa, diolah dan dikembangkan.
“Ini tidak hanya saya siapkan menjadi anak-anak yang siap lomba, tetapi saya juga membekali mereka untuk life skill. Sehingga itu berguna bagi mereka, ketika hidup di tengah masyarakat. Bahkan mereka ini yang masih SMA sudah punya usaha,” ungkapnya.
Belum lama ini bagian dari klub belajar kewirausahaan ini mendapat prestasi medali perak di ajang FIKSI yang diselenggarakan Kemendikbud Ristek. Mereka hingga sudah di endorse dan memiliki penghasilan sendiri. “Di klub belajar lain mereka juga mengeksplore IT, kemudian anak-anak di koperasi, saya bimbing mereka untuk disiapkan life skill mereka juga,” tambahnya.
Dikatakan, mereka yang dibimbing tidak ada honor dari sekolah. Itu murni dia lakukan untuk mendedikasikan pengalaman yang pernah diperoleh dan pengetahuan yang dikuasainya. Ini benar-benar hanya untuk para siswa,” kata lulusan Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas PGRI Jogjakarta ini.
Sementara klub bimbingan lain, utamanya bagi para siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dikembangkan dalam bidang Oimpiade Sains Nasional (OSN), khusus sains ekonomi baik yang diselenggarakan Kemendikbud Ristek dan lembaga siswa. Di bidang ini, anak-anak yang memiliki kompetensi yang direkrut.
Peserta didik yang memiliki dan tergolong pintar disiapkan untuk menunjukkan prestasi terbaiknya. “Terbukti anak-anak bimbingan saya, mereka mendaptkan medali di berbagai lomba baik tingkat kabupaten, provinsi atau nasional. Mereka pernah meraih juara 1. Terakhir meraih Olimpiade Cerdas Cermat Keuangan Syariah juara 1 tingkat nasional,” tambah lulusan S1 Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja.
Dari apa yang dilakukannya itu, membawanya meraih beberapa prestasi. Di antaranya juara 1 Anugerah Prestasi dari Gubernur DIJ Hamengku Buwono X sebagai pembimbing Fiksi tingkat nasional tahun 2019. Juara 1 Olimpiade Guru Ekonomi Tingkat Kabupaten tahun 2019. Juara 1 Guru Berprestasi dua tahun berturut-turut tingkat Kabupaten Bantul tahun 2018 dan 2019. Dan juara 2 Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Tahun 2018.
“Saya punya prinsip ketika meminta anak-anak mengikuti lomba, sedangkan gurunya nggak pernah lomba, itu kan nonsense (omong kosong). Artinya saya meminta siswa lomba, tentu saya harus punya pengalaman untuk ikut lomba. Minimal saya sudah punya effort menunjukkan kepada siswa saya, sehingga mereka juga termotivasi bisa melakukan hal yang sama bahkan lebih,” ucap perempuan yang sudah 18 tahun mengabdi menjadi guru ini.
Adapun capain selama dalam kurun waktu 2019, dia mulai membimbing anak-anak hingga setiap tahun para siswa mampu meraih medali. Target medali kemudian bisa terpenuhi, bahkan di tahun ini sekolah yang beralamat di Jalan KH Wachid Hasyim Bantul itu mendapatkan tiga medali. Setiap tahun sekolah ini juga selalu meloloskan kontingen terbanyak dari DIJ untuk bisa maju ke tingkat nasional. Berbagai bidang yang diikuti, ada aplikasi dan digital game, desain grafis, kriya, budi daya dan lintas usaha, serta fesyen. (wia/laz)