
ILUSTRASI: Pengunjung melintas di depan Hotel Mutiara yang menjadi tempat isoter di kawasan Malioboro, Jogja, Kamis (17/2). Tempat yang dijadikan isoter mulai penuh. Elang Kharisma Dewangga/radar jogja
RADAR JOGJA – Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulonprogo mencatat ada empat bayi dan 30 balita yang terinfeksi Covid-19. Anak-anak dengan usia di bawah umur itu terkonfirmasi virus dengan gejala ringan. Belum mendapat perawatan di rumah sakit rujukan. Di antaranya karena klaster keluarga.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulonprogo Baning Rahayujati mengatakan, sumber penularan virus Covid-19 yang menyerang anak-anak tersebut diketahui berasal dari orang-orang terdekatnya. “Seperti orang tua atau keluarga yang berada dalam satu rumah dengan bayi maupun balita,” ujar Baning saat menggelar jumpa pers secara daring, Kamis (17/2).
Dikatakan Baning, meski terinfeksi virus Covid-19, semua kasus yang terjadi pada anak-anak itu masuk dalam kategori tanpa gejala dan gejala ringan. Sehingga belum mendapat penanganan insentif di rumah sakit dan hanya menjalani perawatan serta isolasi mandiri di rumah-rumah masing.
Bayi dan balita, lanjut dia, memang cenderung lebih rentan terinfeksi virus Covid-19 karena mayoritas dari mereka belum menerima vaksin. Untuk itu, ia berharap kepada masyarakat yang anggota keluarganya memiliki anak-anak di bawah umur supaya lebih waspada dan ketat dalam penerapan protokol kesehatan. “Terlebih lagi satuan tugas di kalurahan juga sulit mengawasi anak-anak karena selalu berada di dalam rumah. Sehingga protokol kesehatannya harus ketat,” ujarnya.
Selain tingginya kasus penularan pada anak-anak, Sekertaris Dinas Kesehatan itu menyatakan bahwa kabupaten Kulonprogo juga cukup banyak ditemukan klaster-klaster keluarga. Selama 2022 ini saja tercatat sudah ada 95 klaster. Dengan rincian pada Februari sebanyak 89 klaster dan Januari tercatat ada enam klaster keluarga.
Banyaknya temuan klaster keluarga tersebut, lanjut Baning, mayoritas disebabkan karena salah satu keluarga terkonfirmasi Covfd-19 dan menularkan virus kepada anggota keluarga lainnya. Selain itu, banyaknya masyarakat Kulonprogo yang belum tervaksinasi booster serta rendahnya penerapan protokol kesehatan juga menjadi pemicunya. “Kami harapkan agar seluruh keluarga di Kulonprogo bisa semuanya tervaksin. Bisa melalui kegiatan vaksinasi massal atau datang ke fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan),” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kulonprogo Fajar Gegana mengungkapkan, dengan terus terjadinya peningkatan kasus Covid-19 ini. Jajarannya telah melakukan pengecekan kembali Rusunawa Giripeni sebagai tempat isolasi terpusat (isoter). Upaya tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah mitigasi dari gugus tugas, apabila kasus Covid-19 di Kulonprogo terus meninggi dan shelter di setiap desa tidak mampu lagi menampung pasien.
Di samping itu, pihaknya juga terus berupaya memperketat kembali prokes di pusat keramaian publik dengan operasi yustisi. Kegiatan tersebut dilakukan agar kasus masyarakat kembali paham dengan upaya pencegahan virus dan penularan Covid-19 di Kulonprogo tidak terus meninggi. “Kami minta agar masyarakat mentaati protokol kesehatan dengan ketat,” imbuhnya.
Di Kota Jogja, dari surveilans aktif pemeriksaan acak yang dilakukan Pemerintah Kota Jogja saat pembelajaran tatap muka (PTM), ditemukan sebanyak 171 siswa dan guru telah terpapar positif Covid-19. Data ini akumulasi sepanjang Januari hingga Februari 2022 ini. Sebagian besar adalah tidak mengalami gejala sakit.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Jogja, Budi Santosa Asrori mengatakan sebanyak 171 terdiri dari 141 siswa di jenjang TK, SD, dan SMP serta 30 adalah guru atau tenaga kependidikan di sekolah. Konsekuensinya, maka dilakukan penutupan sekolah apabila terdapat kasus. “Data berjalan terus, ada yang (sekolah) dibuka dan ditutup. Kebijakan pemkot kalau ada yang positif ditutup, sekarang ini banyak yang ditutup,” katanya kemarin (17/2).
Budi menjelaskan temuan kasus aktif di sekolah tersebut melalui dua kategori yaitu dari hasil surveilans aktif melalui pemeriksaan acak pada siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah. Dengan mengambil sampel 10 persen siswa yang menjalani PTM. Kedua, ketika ditemukan adanya kasus terkonfirmasi positif maka dilakukan pelacakan kasus pada siswa dan guru di sekolah tersebut. “Jadi kami karena testing aktif, sehingga akan diketahui siapa-siapa yang kena dan tidak,” ujarnya.
Menurutnya, penutupan sementara sekolah dimana terdapat siswa atau guru terpapar virus korona sudah dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari gugus tugas penanganan Covid-19 dan puskesmas setempat. Selama pentupan sekolah sementara, kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. “Ada yang ditutup lima hari, ada yang sepuluh hari, tapi kebanyakan lima hari saja ditutupnya. Nutupnya kelas atau satu sekolah tergantung kasusnya,” jelasnya.
Wali Kota Jogja, Haryadi Suyuti mengatakan pelaksanaan PTM selalu dievaluasi manakala tada siswa maupun guru terpapar maka praktis PTM dihentikan dan sekolah ditutup sementara. Ini juga berkaitan dengan harus melakukan evaluasi terhadap penerapan prokes di sekolah. “Kalau ada Covid-19 (di sekolah) langsung setop (PTM). Untuk evaluasi mengenai prokesnya, apakah sudah ada pengukur suhu, peduli lindungi diterapkan tidak, berapa persen yang sudah vaksin dan sebagainya,” katanya. (inu/wia/pra)