RADAR JOGJA – Persiapan matang dilakukan oleh Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Jogjakarta dalam menyambut N250 Gatotkaca. Mulai dari lokasi penempatan hingga perawatan. Pesawat karya Baharuddin Jusuf (B.J.) Habibie ini tiba Jumat pagi tepatnya pukul 04.30 (21/8).

Kepala Muspusdirla TNI AU Jogjakarta Kolonel Sus Drs Dede Nasrudin menuturkan N250 menjadi penghuni ke 60. Sebelumnya sudah ada 59 pesawat terbang yang terpajang di museum ini. Hanya saja seluruhnya adalah pesawat militer.

“Untuk jenis pesawat komersil sipil baru ini N250. Sebelumnya ada jenis angkut tapi kelas militer, Hercules dan Fokker. Kami siap rawat dan  tanggungjawab kalau sudah di sini,” jelasnya ditemui di Muspusdirla TNI Jogjakarta, Jumat (21/8).

Selain pesawat komersil sipil, N250 adalah salah satu pesawat buatan anak bangsa. Sebelumnya ada si Kumbang karya Mayor Nurtanio. Pesawat pengintai ringan ini pernah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Keberadaan N250 ini tentunya menjadi kebanggaan Muspusdirla. Harapannya pesawat ini dapat menjadi edukasi bagi para pengunjung museum. Terutama keberhasilan anak bangsa dalam dunia kedirgantaraan.

“N250 pesawat propeler paling canggih. Jadi masyarakat berhak tahu bagaimana anak bangsa membuat pesawat dengan canggih. Sebelum ini ada si Kumbang buatan pak Nurtanio tahun 1952. Dikoleksi baru 3 tahun terkahir ini Oktober 2017, digeser dari PT. DI kesini,” katanya.

Sang Gatotkaca menggenapi koleksi pesawat di Muspusdirla TNI AU. Adapula pesawat Cireng, pesawat Jepang tahun 1933 yang masih eksis. Selain itu adapula koleksi senjata dan perlengkapan militer. Total tercatat ada 3.000 koleksi di museum ini.

N250 juga akan berhias diri sebelum dipajang. Sang Gatotkaca ini nantinya akan menggantikan OV10 Bronco. Lokasi ini berada tepat di sisi timur pintu masuk Muspusdila. Tepatnya di sisi luar bersama barisan pesawat tempur lainnya.

“Perawatan pesawat museum dilakukan rutin. Nanti tetap kami cat kembali seperti aslinya. Kalau keseluruhan cat rutin itu setiap bulan 2 unit pesawat,” ujarnya. (dwi/tif)

Jogja Utama