KULONPROGO – Pembangunan terkait operasional terbatas Yogyakarta International Airport (YIA) terus dikebut. Tak hanya fasilitas di kawasan bandara yang terletak di Kulonprogo. Fasilitas pendukung lainnya juga dicek.

Salah satunya yakni fasilitas di Stasiun Wojo. Termasuk rehab bagian dapur yang diubah menjadi toilet khusus perempuan dan warga difabel.

Saat meninjau Stasiun Wojo, Rabu (24/4), Menhub memberikan perhatian khusus terhadap rehab ini. Dia memanggil pelaksana pembangunan. Dia meminta agar stasiun bisa dirapikan dengan cepat.

“Paling lama lima hari semua sudah bisa rapi ya,” pinta Menhub kepada Fahmi Zulfikar selaku pelaksana.

Menhub meninjau bersama Gubernur DIJ Hamengku Buwono X. Ada pula Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri, Kadaop 6 Eko Purwanto, dan Kepala Stasiun Wojo Tauvik Bayu Kurniawan. Menhub melakukan pengecekan langsung ke beberapa titik fasilitas yang dilakukan tahap peningkatan.

Begitu tiba, rombongan Menhub langsung diarahkan menuju pintu masuk utama yang ada di sisi timur bangunan utama stasiun. Menhub sempat mengamati bagian gerbang utama. Lantas, memasuki bangunan lama yang tengah direhab.

Bangunan lama itu disulap menjadi ruang loket sekaligus kafe indoor. Ada pula kafe outdoor yang belum selesai dibangun dan diberikan lantai dari kayu.

Bergeser ke bagian belakang, Menhub mengamati keberadaan dapur lama yang diubah menjadi toilet khusus wanita dan warga difabel. Di lokasi ini, Menhub memanggil pelaksana pembangunan dan meminta agar stasiun bisa dirapikan dengan cepat.

Menhub meminta agar ada beberapa penambahan di sekitar lokasi agar suasananya terlihat cantik dan indah. Keberadaan taman juga diperlukan untuk memanfaatkan ruang-ruang yang masih terlihat kosong.

Fahmi, yang mengerjakan pembanguan di Stasiun Wojo, mengaku ada beberapa permintaan yang diajukan Menhub. Dia mengungkapkan, jika harus selesai keseluruhan memang tidak bisa. Sebab, adanya keterbatasan waktu dan banyaknya pekerjaan yang perlu dilakukan.

”Hanya sekadar perapian dahulu dalam jangka waktu lima hari. Tapi kalau secara keseluruhan ya tidak mungkin bisa selesai dalam waktu lima hari itu,” kata Fahmi.

Direktur PT KAI Edi Sukmoro, yang mendampingi kedatangan Menhub Budi Karya saat pagi hari, mengatakan beroperasinya Stasiun Wojo diharapkan meningkatkan layanan KAI. Apalagi, dalam dua tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kereta api.

“Beroperasinya Stasiun Wojo tidak akan menganggu transportasi lain. Kita akan saling mendukung,” kata Edi.

Khusus untuk mendukung YIA, disediakan enam rangkaian kereta api Solo Express (Solex) dengan trip Stasiun Maguwo-Wojo sebanyak empat kali sehari. Satu rangkaian berkapasitas 137 tempat duduk.

Kereta api yang akan melintasi Stasiun Wojo dalam sehari ada 37 rangkaian. KAI akan memilah rangkaian yang dinilai tepat untuk berhenti di Wojo untuk melayani penumpang bandara.

Lebaran, Alihkan Sebagian Domestik

Yogyakarta International Airport (YIA) diyakini segera ramai. Pesawat-pesawat diharapkan mendarat di bandara yang terletak di Temon, Kulonprogo, itu.

Momentum Lebaran mendatang dimanfaatkan untuk membawa sejumlah penerbangan komersial domestik ke YIA. Sebagian penerbangan domestik di Bandara Adisutjipto Jogjakarta bakal pindah ke YIA. Langkah itu untuk mengantisipasi kepadatan jadwal penerbangan bandara existing tersebut.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, jadwal penerbangan di Adisutjipto biasanya overload pada bulan puasa dan Lebaran. Terkiat itu, saat ini sedang dikaji agar sebagian penerbangan di Adisutjipto untuk dipindahkan ke YIA. Terutama penerbangan domestik destinasi luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

“Dari ketiga pulau besar itu saat ini setidaknya ada 18 penerbangan di Adisucipto dengan 36 kali take off-landing dan sekitar 3.500 orang penumpang. Jika bisa 50 take off-landing per hari di YIA, mungkin 25 persen penerbangan di Adisutjipto bisa ke sini (YIA),” katanya.

Kendati demikian, proses itu bisa dilakukan secara bertahap dan diberi kesempatan pada penerbangan luar Jawa. Kemenhub sudah memutuskan dua bandara di Jogjakarta akan tetap beroperasi semuanya secara bersamaan. Namun, sebagian jadwal penerbagan akan dipindahkan ke YIA di mana kapasitasnya sangat memadai dan lebih besar.

Khusus persiapan untuk penerbangan internasional, saat ini masih dilakukan finalisasi maskapai mana saja yang siap beroperasi di YIA. Setidaknya ada enam maskapai yang menyatakan siap yakni Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Wing Air, Air Asia, dan Silk Air.

“Bandara Adisutjipto ke depannya kan digunakan untuk penerbangan berjarak tempuh singkat saja. Kemungkinan bahwa penerbangan domestiklah yang justru akan beroperasi perdana di YIA,” katanya.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengungkapkan, sejauh ini pihaknya intens berkoordinasi dengan maskapai dan stakeholder terkait terkait rencana operasi perdana YIA di akhir April 2019. Pihaknya masih menunggu konfirmasi maskapai yang siap beroperasi di YIA setelah sebelumnya menjalankan penilaian potensi gangguan dan risiko (HIRA).

“Diharapkan dalam beberapa hari ini sudah muncul keputusan dari tiap maskapai,” ungkanya.

YIA sudah siap menampung penerbangan untuk menghadapi peak season Lebaran dan menopang kepadatan Bandara Adisutjipto. Fasilitas sisi udara (airside) sudah rampung. Siap digunakan saat Lebaran jika ada permintaan extra flight atau hal lainnya.

“Kami pindahkan ke sini (YIA) dan akan bahas usulan beliau (Menhub) setelah ini bersama stakeholder terkait,” jelasnya.

Dari sisi kapasitas penerbangan, YIA disebutnya sangat cukup untuk penambahan slot. Estimasinya, dalam satu jam paling tidak bisa lima flight. Sedangkan jika bandara beroperasi sepuluh jam maka ada 50 flight take off dan landing untuk penerbangan internasional maupun domestik.

“Tinggal pengaturan jadwal saja. Jumlah penerbangan belum bisa saya prediksikan. Tergantung berapa jumlah flight yang akan beroperasi. Kami tunggu konfirmasi mereka (maskapai),” ujarnya. (tom/udi/amd/fj)

Jogja Utama