
ADIK IPAR SENOPATI: Makam Adipati Pati Pragola di Desa Tamansari, Tlogowungu, Pati.(KUSNO S UTOMO/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Perkawinan politik Panembahan Senopati dengan putri Madiun Raden Ayu Retno Dumilah merisaukan hati Adipati Pati Pragola. Dia ikut membantu Senopati saat menggempur Kadipaten Madiun. Pangeran Timur atau Rangga Jumena lari meminta suaka politik ke Surabaya. Putra bungsu raja Demak Sultan Trenggana itu tak berdaya menghadapi gempuran koalisi Mataram dan Pati. Peristiwa ini terjadi sekitar 1590.
Namun sukses Senopati menjinakkan Madiun dengan mengawini Retno Dumilah harus dibayar mahal. Adik sepupu sekaligus iparnya Adipati Pati langsung balik kanan. Dia memutuskan keluar dari koalisi dengan Mataram. Secara terus terang dia kecewa berat dengan keputusan Senopati.
Adipati Pragola khawatir dengan mengambil Retno Dumilah sebagai permaisuri, kedudukan kakak kandungnya Waskita Jawi terancam. Kursi permaisuri terancam tergeser dengan datangnya Retno Dumilah ke istana Mataram. Maklum dalam banyak peristiwa di kerajaan Jawa, istri muda yang datang belakangan biasanya justru mendapatkan posisi yang dituakan.
Ini juga terjadi pada Retno Dumilah. Kedudukannya langsung menjadi Ratu Kulon atau permaisuri pertama. Kursi itu dulunya ditempati Kanjeng Ratu Mas. Gelar bagi Waskita Jawi. Putri Ki Penjawi itu yang sekarang menjadi Ratu Wetan. Permaisuri kedua.
Begitu pulang ke Pati, Adipati Pragola langsung menyusun kekuatan. Dia mengirimkan duta khusus untuk menemui Senopati di Mataram. Pragola meminta pengurusan atas semua tanah desa di sebelah utara Pegunungan Kendeng. Dia juga minta 100 mata tombak dengan batangnya. Senopati mengabulkan semua permintaan Pragola. Hanya satu yang tidak dipenuhi. Yakni batang tombak yang maknanya mengajak perang.
Sepulang utusan itu dari Mataram, Pragola semakin berani. Dia menaklukan semua penduduk di utara Kendeng. Semua menyerah, kecuali Kadipaten Demak. Setelah itu, dia bersama pasukan bergerak menyerang Mataram. Dalam perjalanan, pergerakan pasukan Pati itu diketahui adipati Pajang yang membuat laporan ke Mataram.
Senopati kemudian memerintahkan putranya Raden Mas Jolang menghadapi Adipati Pragola. Antara Jolang dengan Pragola memiliki hubungan darah. Pragola adalah paman Jolang. Ibunya Ratu Mas Waskita Jawi merupakan kakak kandung Pragola.
Pertemuan antara keponakan dan paman terjadi di Prambanan. Pragola merasa jengkel. Harapannya untuk perang tanding dengan Senopati tertunda. Dia justru berhadapan dengan keponakannya sendiri.
Berkali-kali Jolang menusuk pamannya dengan tombak. Tap tidak mempan. Tak ada luka di tubun Pragola. Dari atas kuda, Pragola memukul keponakannya itu dengan pangkal tombaknya. Jolang terjatuh dan dibawa pulang ke Mataram. Senopati memberi tahu istrinya Waskita Jawi soal luka yang dialami anaknya gara-gara diserang Pragola. Ratu Mas ikut marah. Dia tidak membela Pragola. Sebaliknya, setuju adik kandungnya itu diberi pelajaran karena telah bertindak kurang ajar. Berani melawan Mataram.
Pragola membuat kamp pertahanan dengan batang-batang pohon kelapa di daerah Dengkeng. Tahu putranya terluka, Senopati kemudian menunggang kuda mendatangi Pragola. Lewat tengah malam, Senopati bisa menjebol benteng pertanahan Adipati Pati.
Perang kemudian terjadi di dekat Sungai Dengkeng. Pasukan Mataram berhasil meredam pemberontakan Adipati Pati. Pragola kalah dan memilih kembali ke Pati. Pasukan Mataram tidak melanjutkan pengejaran ke Pati.
Bagi Jolang yang kemudian naik takhta sebagai raja kedua Mataram bergelar Panembahan Hanyakrawati, memadamkan pemberontakan pamannya merupakan pengalaman pertama. Setelah bertakhta dia banyak menghadapi pemberontakan dari berbagai daerah. Termasuk dari dua kakaknya Adipati Demak Pangeran Puger dan Adipati Ponorogo Jayaraga. Pergolakan terus terjadi di masa kekuasaan Hanyakrawati. (laz)