RADAR JOGJA – Pasar Sore Jalur Gaza yang berada di sepanjang Jalan Nitikan, Jogjakarta masih eksis sejak 2011. Pasar tiban yang ada saat Ramadan ini, awalnya hanya berisikan 40 pedagang.

Mantan Pengelola Pasar Sore Jalur Gaza Dedi Iriyanto menjelaskan, Jalur Gaza ada karena keinginan masyarakat untuk berjualan sore selama Ramadan. Terlebih saat itu, di wilayah Nitikan mulai banyak kampus dan mahasiswa. “Maka dari itulah panitia membentuk kepanitiaan dan tercetuslah Pasar Sore Jalur Gaza ini,” ujarnya kemarin (26/3).

Hanya saja, Jalur Gaza tak lagi dikelola oleh panitia. Efek dari pandemi Covid-19, menyebabkan kepanitiaan ditiadakan. Meski demikian, pedagang tetap berjualan di Jalur Gaza. Pedagang dadakan, bisa langsung meminta izin atau menyewa lahan dari pemilik rumah atau lahan. “Karena merasa cocok para penjual pun rela menyewanya sampai tahunan hingga sekarang ini,” sebut Dedi.

Terbukti pada 2018, yang berjualan di Jalur Gaza mencapai 250 pedagang. Terhitung dari timur perempatan RSUD Jogja sampai perempatan Tegal Turi, Sorogenen, Nitikan. “Kadang di sepanjang Jalan Nitikan ini macet,” ujarnya.

Penjual di Pasar Sore Jalur Gaza Titi mengaku sudah dua tahun berjualan saat Ramadan. Diakuinya, omzetnya menurun karena pandemi. Untuk menaikkan pendapatannya, kini dia tak hanya berjualan pentol. Namun juga minuman, khususnya es buah. “Sewa (lahan, Red) Rp 300 ribu, namun seiring berjalannya waktu sekarang menjadi Rp 500 sampai Rp 600 ribu per bulan,” tandas Titi. (cr2/eno)

Jogja Raya