RADAR JOGJA – Penyanyi Koesnomo bin Koeswoyo atau kondang dengan nama Nomo Koeswoyo, telah berpulang. Pendiri grup musik legendaris Koes Bersaudara ini menghembuskan napas terakhirnya pada usia 85 tahun di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Magelang, Rabu malam (15/3). Nomo diketahui mengidap penyakit komplikasi, gula darah dan kolesterol tinggi.

NAILA NIHAYAH, Magelang, Radar Jogja

Almarhum sempat menjalani perawatan di rumah selama seminggu terakhir. “Karena bapak tidak mau dibawa ke dokter, akhirnya Selasa malam (14/3) manggil dokter dari RS Harapan Kota Magelang, daycare di rumah,” terang putra bungsu Nomo, Reza Wicaksono Koeswoyo, di rumah duka, Kamis dini hari (16/3).

Dulunya, lanjut Reza, Nomo memiliki riwayat penyakit jantung. Jika ingin benar-benar sembuh, Nomo harus dipasang ring. Namun dia menolak. Lantaran ketika dipasang ring, kemungkinan bakal memperpendek umurnya. Bahkan sang dokter sempat kagum dengan semangat ayahnya untuk melawan penyakitnya. “Semangatnya bapak mengalahkan penyakitnya,” tambahnya.

Ia menyebut, ayahnya diketahui telah berpulang pada Rabu malam pukul 19.15. Dia sempat memandikan dan membopong ayahnya kembali ke tempat tidur. Sesaat setelah diletakkan di kasur, Reza melihat pupil mata Nomo mengecil. Seolah perlahan tidak sadarkan diri.

Lantaran memiliki firasat yang tidak beres, Reza bergegas hendak menghubungi rumah sakit. Meminta agar membawakan ambulans ke rumahnya. Dia pun memanggil istrinya untuk menjaga sang ayah. Belum selesai percakapan dengan dokter, istrinya berteriak dan mengabarkan bahwa Nomo sudah tiada.

Setelah disucikan, jenazah Nomo pagi itu langsung diberangkatkan ke Jakarta dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut. Karena sesuai dengan kesepakatan keluarga, ketika Nomo berpulang, akan disandingkan dengan liang lahat mendiang ibunya, Fatimah Fransisca. Nomo meninggalkan tiga anak dengan tujuh cucu.

Sementara itu, anggota grup band NK Plus, Goes Manto memiliki kenangan baik dengan almarhum Nomo Keosmoyo semasa hidupnya. Pada 1976, Manto hanyalah seorang pengamen jalanan di Jakarta. Suatu ketika, dia hendak mencari Koes Plus yang saat itu tengah naik daun. Bersalaman saja, sudah terasa istimewa. Bukannya bertemu Koes Plus, justru dia diminta untuk ke rumah Nomo.

Dari situlah, dia mulai mengenal almarhum. Di mata Manto, sosok Nomo sudah dianggap sebagai gurunya. Yang notabene mengajari Manto bernyanyi dan bermusik. “Saya begitu kehilangan sekali. Beliau adalah guru saya, yang membimbing saya sampai seperti ini. Terakhir main dengan beliau tahun 2018,” urainya.

Sebelum meninggal, Manto sempat bertemu Nomo pada Selasa (14/3) untuk membahas iklan produk kopi. Nomo pun telah menulis lirik dan dia sudah menyiapkan musiknya. Bahkan, almarhum berencana untuk main ke Jogja. Dia pun masih belum menyangka sosok gurunya itu telah tiada. (laz)

Jogja Raya