RADAR JOGJA – Meski dibuka dengan hujan angin, tak mengurangi antusias warga datang ke Pasar Kangen Polda DIJ, Jumat (17/3). Menjelang sore, warga mulai berdatangan ke halaman Mapolda DIJ. Selanjutnya menjajal satu persatu gubuk kuliner tradisional khas Pasar Kangen.
Acara yang baru pertama kali terselenggara di Mapolda DIJ ini mengusung tema Wiwitan Pasa. Merupakan intepretasi sebuah kegiatan tradisi sebelum memasuki bulan Ramadan. Hanya saja kuliner yang tersaji merupakan jajanan lawas masa lalu.
“Ada stan makanan jaman dulu ada juga barang – barang antik. Makanan jaman dulu enggak boleh ada makanan modern. Untuk mengenalkan dan melestariiak resep makanan yang sudah ada sejak jaman nenek moyang kita,” jelas Kapolda DIJ Irjen Suwondo Nainggolan ditemui di Mapolda DIJ, Jumat sore (17/3).

Suwondo menuturkan pihaknya juga ingin ikut melestarikan tradisi. Khususnya untuk ragam kuliner di Jogjakarta. Sehingga dikemas dalam sebuah even bertajuk Pasar Kangen.
Beragam makanan tradisional tersaji hingga Minggu (19/3). Total ada sekitar 100 gubug yang menghiasi gelaran Pasar Kangen. Selain makanan tradisional adapula barang-barang koleksi lawasan.
“Kalau makanan, kami ingin agar anak-anak kita masih ikut merasakan makanan yang dirasakan orangtua kita. Ada klepon, nasi kucing, ada dawet, seluruhnya makanan tradisional,” katanya.
Pasar Kangen Polda DIJ ini semakin lengkap dengan adanya pameran karya seni rupa. Tersaji di Gedung Utama Mapolda DIJ. Terpampang di dinding-dinding lorong ruang kerja hingga lantai 3.
Tak hanya itu, Pasar Kangen juga salah satu upaya mendekatkan Polisi dengan masyarakat. Agar pertemuan ini menciptakan ruang diskusi dengan suasana yang hangat dan ramah. Para pengunjung dibebaskan masuk ke Gedung Mapolda DIJ hingga lobi ruang kerja Kapolda DIJ.
“Rutin tiap nanti kita bicarakan untuk itu, yang jelas ini pintu gerbang ada konsep mendekatkan dengan masyarakat. Merasa yakin kami sahabatnya, kami akan terus lakukan dan evaluasi kegiatan ini,” ujarnya.
Seniman dan Budayawan Butet Kertaradjasa turut terlibat dalam ajang ini. Menurutnya ini adalah sebuah awalan yang baik dari jajaran Kepolisian. Terutama dalam membuka diri untuk berkolaborasi dengan para seniman Jogjakarta.
Menurutnya, even ini adalah sebuah langkah berani dan inovatif. Sebuah institusi negara dapat dengan luwes membuka pintu rumahnya bagi masyarakat umum. Hingga akhirnya tercipta interaksi yang positif untuk semua pihak.
“Ini suatu hal unik, pertama kali terjadi di Indonesia, bagaimana kekuatan seni ini dimafaatkan untuk membantu instrumen dari negara. Mampu menciptakan kehangatan pergaulan kolektif yang menyenangkan,” katanya.
Bagi Butet, ajang ini menjadi bukti bahwa Polisi tidak sepenuhnya kaku. Terbukti dari kolaborasi ini yang tergolong diluar budaya masa lalu. Sebuah Pasar Kangen yang memiliki identitas tersendiri bisa masuk ke Polda DIJ.
“Ada seni rupa, kuliner ini juga sebagai produk kebudayaan pada kemampuan menguji kecerdasan lidah yang teruji oleh waktu. Lalu ada seni pertunjukan setiap malam, jadi tiga hari Wiwitan Pasa ini semacam pilot project pertama, menjadi keistimewaan Jogja terjadi di Jogja harapannya menjadi inspirasi Indonesia,” ujarnya. (Dwi)