
MEMUTIH: Permukiman warga yang masih diselimuti abu vulkanik Gunung Merapi di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang,(14/3).(GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Sejak erupsi 11 Maret lalu, Gunung Merapi beberapa kali mengeluarkan awan panas guguran (APG). Pada erupsi Selasa (14/3) sekitar pukul 05.55 kemarin, beberapa wilayah di Kabupaten Sleman diguyur hujan abu tipis. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, hujan abu terasa di kawasan rawan bencana (KRB) III.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro menyebutkan, hujan abu terasa di wilayah Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul, Kalurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Kemudian juga turun di wilayah Tunggularum, Kalurahan Wonokerto, Turi. Kendati begitu, intensitasnya cenderung ringan. “Hujan abu tipis-tipis,” ungkap Bambang kemarin (14/3). Namun tidak menutup kemungkinan hujan abu terasa di lokasi lain, karena terbawa angin.
Dijelaskan, BPBD terus melakukan pemantaun rutin terkait aktivitas Gunung Merapi yang sampai saat ini statusnya siaga atau level III. Sesuai rekomendasi Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)-Badan Geologi, zona bahaya berada di radius 5 km dari puncak Merapi.
Adapun kondisi terkini aktivitas Merapi, terjadi APG pukul 05.50 dengan amplitudo 70 mm dan durasi 160 detik. Dengan jarak luncur mencapai 2.000 meter ke arah Kali Krasak.
Menurutnya, abu vulkanik terasa di Sleman lantaran angin bertiup ke tenggara, kemudian terbawa kembali ke arah barat. Sehinga beberapa wilayah terjadi hujan abu tipis.
Adapun potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Yakni, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Kemudian pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
“Untuk itu masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya. Lalu, agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi dan waspada bahaya lahar jika terjadi hujan di seputar Merapi,” bebernya. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Merapi akan segera ditinjau kembali.
Terpisah, Panewu Cangkringan Jaka Sumarsana mengatakan, meski sempat diguyur abu vulkanik di Kalitengah Kidul dan Kalitengah Lor, masyarakat masih beraktivitas seperti biasa. “Iya, aktivitas masih normal,” tuturnya. (mel/laz)