
TIDAK DIDUGA: Penampakan saluran air kuno atau plempem terbuat dari tanah liat yang diduga era Raja Amangkurat I di lokasi yang akan dikembangkan menjadi Museum Pleret.(DOK TIM ARKEOLOG DISBUD DIJ )
RADAR JOGJA – Saluran air kuno dari tanah liat yang berasal dari era Raja Amangkurat I ditemukan oleh Tim Arkeolog Seksi Pemeliharaan Warisan Budaya Benda, Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya dan Seksi Museum, Dinas Kebudayaan DIJ. Penemuan berada di lokasi ekskavasi atau penggalian di penggal benteng sisi barat Keraton Pleret Bantul.
WULAN YANUARWATI, Jogja, Radar Jogja
Tenaga Ahli Ekskavasi Disbud DIJ Danang Indra Prayudha menyebut, penemuan berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai Museum Pleret. Dengan adanya penemuan benda bersejarah ini, desain museum pun nantinya harus diubah.
“Jika ternyata saluran air ini benar bagian dari benteng, maka menunjukkan bentengnya punya saluran air. Kami akan coba uji sampel tanah yang di dalam saluran. Isinya apa, apakah itu kotoran atau air bersih,” jelas Danang Selasa (13/3).
Berdasarkan hipotesis awal, saluran kuno ini diduga satu kesatuan dengan benteng sisi barat Keraton Pleret. Karena derajat kemiringannya sama dengan benteng, yakni 10 derajat. Hipotesis selanjutnya adalah benteng ini mempunyai saluran dari dalam ke luar yang berhenti di mulut benteng sisi dalam. Di dalam benteng saluran itu digantikan dengan bata putih ditumpuk bata merah hingga keluar benteng. Selain itu juga ada mulut saluran.
“Ini temuan yang baru pertama dan unik karena ada saluran air. Kami menduga ini satu periode, namun masih perlu dibuktikan. Tetapi sementara ini adalah bagian dari benteng, karena kemiringannya sama dan bagian menyatu antara benteng dengan saluran airnya,” jelas Danang.
Saluran air kuno yang terbuat dari tanah liat ini oleh masyarakat setempat disebut plempem atau riul. Setidaknya ada delapan plempem tanah liat kuno yang ditemukan. Plempem mempunyai panjang sekitar 62-66 centimeter dengan diameter 35 centimeter per riul.
Penemuan ini merupakan tindak lanjut dari survei lapangan yang dilakukan pada 2022. Dalam survei itu ditemukan tumpukan bata yang terlihat di permukaan pada dua titik. Dari temuan ini, maka ekskavasi Kedaton IV tahap pertama dilakukan dengan periode 4-29 Maret 2022. Tujuannya untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya.
Selanjutnya pada ekskavasi lanjutan yang dilakukan 14 Februari-13 Maret 2023, justru menemukan benda bernilai sejarah itu. “Kami tidak menduga setelah tanah dibebaskan, ternyata ada temuan benteng sisi barat Keraton Pleret ditambah temuan baru saluran air kuno,” ujar Danang.
Tim arkeolog memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah daerah sebelum pengembangan Museum Pleret. Sebaiknya dilakukan mapping atau pemetaan menggunakan foto udara. Membuka sisi luar, setidaknya berjarak empat meter dari temuan dan pengelolaan temuan baru menjadi site museum yang didisplay dengan baik. Hal ini agar bisa dilihat langsung masyarakat yang berkunjung ke Museum Pleret.
Diketahui, Amangkurat I merupakan raja Kasultanan Mataram ke-4 yang memerintah pada periode 1646-1677. Lahir dengan nama Raden Mas Sayyidin, dia menggantikan ayahnya, Sultan Agung yang merupakan raja tersohor dan terkenal arif serta bijaksana.
Amangkurat I adalah raja yang memindahkan keraton dari Kotagede ke Pleret. Kemunduran Kerajaan Mataram Islam terjadi pada periode kekuasaannya. Amangkurat I terkenal sebagai raja yang bengis dan suka membunuh. (laz)