RADAR JOGJA – Warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman terus waspada sejak Merapi erupsi Sabtu (11/3) lalu. Meski guguran awan panas mengarah ke barat daya menuju Sungai Bebeng dan lebih terdampak ke Magelang dan Boyolali, Jawa Tengah.
“Kami tetap waspada dan berhati-hati. Sebab, erupsi kali ini mirip-mirip dengan erupsi 1994 lalu. Tidak diawali gejala atau tanda-tanda Merapi mau erupsi, tiba-tiba ada guguran awan panas,” ungkap Herpri Yanto, 35, warga Kaliurang Barat, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Senin (13/3).
Meski sudah biasa menghadapi situasi kondisi ini, warga tetap saja diliputi rasa khawatir. Sebagian masih khawatir peristiwa 1994 kembali terjadi. Saat itu awan panas mengarah ke Dusun Turgo dan Sungai Boyong. Setidaknya 78 orang meninggal dunia dalam peristiwa yang terjadi pada 22 November itu.
Sungai Boyong merupakan sungai paling dekat jaraknya dengan Kaliurang Barat. Sehingga beberapa warga memilih mengamankan keluarganya lebih dini. Memiliki anak kecil, Herpri mengaku menitipkan anaknya ke rumah keluarganya yang lebih aman di Kota Jogja.
Herpri menceritakan, pasca-erupsi pertama hari Sabtu itu, warga diikuti dari tim pengamanan kini selalu berjaga baik siang maupun malam hari. Petugas piket malam juga diaktifkan. Serta komunikasi terkait perkembangan Merapi lebih digiatkan. “Di siang hari Polsek Pakem selalu melakukan monitoring di area objek-objek wisata Kaliurang. Patroli malam juga dilakukan,” kata bapak satu anak ini.
Meski obwis radius 5 kilometer ditutup sementara dan belum ada anjuran menutup objek wisata di luar radius itu, beberapa tempat wisata memilih menutup sementara. Selain faktor surutnya pengunjung, juga antisipasi lebih dini. “Misalnya wisata Nawang Jagad, mulai kemarin ditutup sementara,” katanya.
Lalu di Gardu Pandang, di wahana menara Gardu Pandang sementara dilarang naik. Oleh petugas, hal ini demi keamanan dan keselamatan bersama. “Karena kemarin pas dibuka itu malah ramai, banyak dipakai youtuber-youtuber untuk bikin konten,” bebernya.
Sementara itu, Dukuh Kaliurang Timur Anggara Daniawan mengatakan, selain meningkatkan ronda malam, juga telah menyiapkan barak pengungsian di Grhasia Pakem. Kesiapsiagaan juga telah dilakukan masing-masing warga, seperti menyiapkan apa saja dalam menghadapi bencana serta menyelamatkan dokumen-dokumen penting dalam tas siaga bencana.
Selain itu, mengacu pada surat edaran Pemerintah Kalurahan Hargobinangun, pendataan warga kelompok rentan mulai dilakukan. Hal ini untuk mempersiapkan jika terjadi peningkatan aktivitas Merapi dan memudahkan proses evakuasi. “Tidak hanya kelompok rentan, tetapi juga update data kependudukan,” tuturnya. (mel/laz)