RADAR JOGJA – Beternak musang menjadi satu pilihan untuk menyalurkan hobi. Bahkan tak sedikit pula yang membudidaya musang. Kemudian, dijual lagi. Hal itu dapat mendatangkan cuan hingga jutaaan rupiah. Seperti yang dilakukan Septiawan Prasetyo Nugroho. Selain itu, bisa menjadi wisata edukasi bagi masyarakat sekitar.

NAILA NIHAYAH, Mungkid, Radar Jogja

Suara nyaring beberapa jenis musang pandan yang berada di dalam kandang terdengar memekakkan telinga. Apalagi saat mereka tengah dalam masa kawin. Seperti sedang menemukan musuh untuk bertarung. Namun, suara-suara dan tingkah laku musang itu justru menjadi hiburan tersendiri bagi Septiawan Prasetyo Nugroho.

Warga Dusun Ngemplak, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, ini sudah memelihara musang pandan sejak 12 tahun lalu. Saat itu, Wawan, sapaan akrabnya, tertarik untuk membeli tiga ekor musang di Pasar Hewan Muntilan. Kemudian, terlintas dalam benaknya mulai dikembangbiakkan agar memiliki peranakan musang pandan.

Namun dia baru memutuskan untuk breeding dan beternak musang pandan sekitar sembilan tahun lalu. Mengingat banyak pehobi yang ikut memelihara musang. Sehingga pangsa pasarnya semakin meluas di kalangan masyarakat umum.

Dari yang semula tiga ekor, kini Wawan sudah memiliki 30 musang pandan. Sebanyak 25 di antaranya merupakan induk musang pandan. Ditambah lima ekor peranakan. “Selama dua tahun memelihara, ada musang yang bunyi, minta kawin. Terus saya kawinkan, mulai berkembang, dan nambah indukan,” terangnya saat ditemui kemarin (6/3).

Untuk memelihara hewan dengan bulu beraneka ragam ini cukup mudah. Tidak seribet saat memelihara kucing. Yang mana ketika salah perawatan, bulu kucing bakal rontok. Dari segi pakan, kata dia, para musang bisa memakan apa pun. Yang terpenting, mengandung banyak vitamin. Termasuk buah-buahan manis. Tapi, kebanyakan diberi nasi dicampur makanan anjing, hingga daging.

Kebersihan musang juga tetap nomor satu. Layaknya manusia, musang pandan juga harus mandi. Paling tidak seminggu sekali. Untuk menjaga kebersihan juga mempercantik tampilan musang. Begitu pula dengan kebersihan kandang yang harus tetap dijaga. Sehingga musang akan nyaman berada di tempat tinggalnya. Dari segi kesehatan, musang-musang itu juga diberi obat cacing.

Satu per satu musang itu diletakkan di kandang. Kecuali jika ada musang yang hendak kawin. Musang betina siap kawin ketika memasuki usia 1,5 tahun. Sedangkan musang jantan sekitar 2 tahun. Kemudian mereka disatukan dalam satu tempat. Sehingga keduanya bisa menghasilkan peranakan musang pandan.

Setelah itu, musang betina bakal dipindah ke kandang lain selama masa hamil. Lazimnya, masa kehamilan musang adalah 70 hari. Setelah lahir dan berusia satu bulan, bayi musang bakal dipisah ke tempat lain.

Perawatan musang cukup unik. Bayi musang bakal diberi susu kemasan selama dua bulan. “Bukan dari susu indukan langsung, takutnya kalau kelamaan dengan induknya, jadi galak. Jadi, harus dipisah. Cuma satu bulan disusui sama indukan,” jelasnya.

Kandang di peternakan milik Wawan ini sengaja diletakkan di atas kolam lele. Sehingga mudah dibersihkan dan kotoran yang dihasilkan dari musang dapat langsung menjadi pakan ikan lele yang hidup di bawahnya.

Hewan mamalia ini termasuk hewan eksotis dan kini banyak yang memeliharanya. Namun, Wawan hanya memperjualbelikan musang pandan anakan. Sementara musang indukan untuk memproduksi peranakan.

Untuk harga, berbeda-beda. Tergantung dari corak dan warna musang pandannya, seperti klawu, moza, lusi, hingga kremino. Dengan kisaran harga Rp 500 ribu untuk usia 2-5 bulan. Yang paling mahal jenis moza yang notabene berbulu putih karena mencapai Rp 25 juta-Rp 30 juta. Pangsa pasarnya kebanyakan dari Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bekasi, hingga Bali.

Selain dari sisi ekonomi, musang pandan juga bisa dijadikan sebagai objek edukasi. Terkadang Wawan membawa beberapa musang pandan miliknya untuk unjuk gigi di beberapa tempat. Seperti di sabo dam di dekat rumahnya. Di sana, banyak orang yang berkumpul untuk melihatnya.

Tak hanya itu, musang juga kerap dijadikan objek kontes. Biasanya ada beberapa kriteria atau penilaian yang diusung. Seperti tidak adanya cacat atau minus, bulu, ekor dari pangkal harus bersih, dan paling utama adalah jinak. Yang bisa memberi nilai plus. (laz)

Jogja Raya