
MENUNGGU : Suasana terminal keberangkatan Yogyakarta Internatioal Airport beberapa waktu lalu. (DWI AGUS/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Kepala Dinas Pariwisata DIJ Singgih Raharjo beberkan sejumlah rute penerbangan baru akan menghiasi Yogyakarta International Airport (YIA). Termasuk penerbangan internasional langsung atau direct flight. Terbaru adalah dari Bangkok Thailand dan wilayah Timur Tengah.
Rute Bangkok Thailand, lanjutnya, selah masih proses penjajakan. Telah diawali dengan kedatangan tim anak perusahaan dari maskapai Thai Airways. Kaitanyaa untuk membuka rute langsung Bangkok – Jogjakarta melalui YIA.
“Kemarin anak perusahan Thai Airways sudah ke Jogjakarta, jajaki dan berminat (rute) YIA – Thailand,” jelasnya ditemui di Kompleks Kepatihan Pemprov DIJ, Selasa (7/3).
Singgih memastikan jajarannya serius membuka kerjasama ini. Terlebih pangsa pasar rute ini cukup besar. Terutama untuk mendatangkan wisatawan yang berangkat melalui Thailand.
Thailand, lanjutnya, merupakan destinasi wisata global. Potensi wisata yang dimiliki tak jauh berbeda dengan Indonesia. Sehingga harapannya bisa menjadi paket wisata baru bagi wisatawan mancanegara.
“Ini potensial karena Thailand sudah menjadi pariwisata global. Kalau terealisasi bisa mendongkrak wisatawan mancanegara,” katanya.
Upaya ini juga sesuai dengan target mengejar pangsa pasar wisatawan Asia Tenggara. Sehingga untuk menuju Jogjakarta tidak perlu transit ke Bandara Internasional lainnya. Harapanya dapat menarik wisatawan mancanegara melalui paket wisata yang lebih menarik.
Untuk saat ini YIA baru melayani dua rute direct flight. Diantaranya melalui Malaysia dan Singapura. Tentunya melalui berbagai maskapai penerbangan dengan rute Jogjakarta – Malaysia maupun Jogjakarta – Singapura.
“Sehingga dapat langsung menuju sesuai dengan tujuan kita Asia Tenggara, tapi tidak menutup kemungkinan wilayah lain. Sounding dari Turki juga ada tapi masih jajaki Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pariwisata,” ujarnya.
Sementara terkait kunjungan wisata triwulan pertama, Singgih mengakui masih sepi. Ini karena medio awal merupakan fase low season. Khususnya untuk kunjungan wisatawan mancangera. Sehingga fokusnya lebih kepada wisatawan domestik.
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab diantaranya kepulihan pasca pandemi Covid-19. Selain itu juga mahalnya tiket penerbangan langsung. Ditambah situasi global yang masih belum stabil.
“Januari itu biasanya low season sampai Maret. Situasi dunia globall tidak menentu, ada inflasi lalu ada penurunan daya beli, juga ada perang, dan sebagian masih kendala Covid-19,” katanya.
Terkait data kunjungan wisatawan, Singgih memastikan Jogjakarta telah pulih. Sebagai perbandingan pada 2019 jumlah kunjungan mencapai angka 6,1 juta wisatawan. Pada medio 2022 melonjak jadi 6,4 juta wisatawan.
“Saya berharap ini bisa dan membantu mensejahterakan masyarakat. Endingnya menurunkan angka kemiskinan. Saya berharap seperti itu,” ujarnya. (Dwi)