RADAR JOGJA – Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret 1949 di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dihiasi dengan penampilan Royal Orchestra. Menghadirkan lagu-lagu nasional dan patriotis oleh Abdi Dalem Musikan. Adapula kehadiran solois Neni Nuraini, Brian Prasetyoadi dan Jogja Hip Hop Foundation.

Musik yang dibawakan Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadininingrat ini fokus pada ansambel tiup. Penampilan kali ini terasa spesial dari tahun sebelumnya. Berlangsung di Bangsal Mandalasana dan terbuka untuk umum.

“Pentas kali ini dalam rangka peringatan Serangan Oemoem 1 Maret. Pentas Musikan Mandalasana menghadirkan lagu-lagu bertema perjuangan dan kebangsaan, serta beberapa lagu bernuansa Jogjakarta,” jelas Penghageng Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat KPH Notonegoro, Rabu (1/3),

Beberapa lagu yang dibawakan diantaranya Hymne Serangan Umum 1 Maret, Sepasang Mata Bola, Yogyakarta dan Jogja Istimewa. Lagu-lagu ini hadir dengan aransemen yang berbeda. Terutama atas sentuhan musik klasik ansambel tiup.

Pemilihan lagu, lanjut Kanjeng Noto, memiliki alasan yang kuat. Tentunya merepresentasikan nuansa perjuangan. Selain itu, pemilihan para musisi muda untuk berkolaborasi juga memiliki alasan tersendiri.

“Melibatkan musisi-musisi muda untuk mengajak memaknai Hari Penegakan Kedaulatan Negara atau Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret 1949,” katanya.

Kanjeng Noto menceritakan Pentas Musikan Kamardikan perdana digelar 2022. Hanya saja kala itu berlangsung secara tertutup. Penonton hanya bisa menikmati melalui kanal Youtube miik Keraton Jogjakarta. Sementara, kali ini sudah berlangsung secara terbuka karena melandainya pandemi Covid-19. 

Kedepannya, Kanjeng Noto merencanakan pementasan yang lebih teragenda. Utamanya untuk memperingati hari-hari nasional. Termasuk Hari Penegakan Kedaulatan Negara setiap 1 Maret. 

“Tentu masuk agenda wajib pementasan di Karaton. Membawakan lagu-lagu perjuangan yang dikemas dengan aransemen orkestra,” ujarnya.

Penampilan Royal Orchestra kali ini mendapat respon positif dari wisatawan Keraton Jogjakarta. Terutama saat para kolaborator hadir membawakan lagu-lagunya. Baik oleh solois Neni, Brian maupun Jogja Hip Hop Foundation (JHF). 

Penampilan JHF mampu mencuri perhatian dengan lagu Jogja Istimewa. Mereka dipaksa bernyanyi kembali dari yang awalnya hanya membawakan satu lagu. Ini atas permintaan penonton dan disetujui oleh Kanjeng Noto.

“Pertemuan dengan JHF ini cukup menantang. Mempertemukan musik orkestra dengan grup vokal bergenre hiphop. Tapi eskperimen ini mendapat antusiasme yang luar biasa tadi,” katanya.

Layaknya pementasan seni klasik, konser diawali dengan kirab bregada Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Guna mengantarkan Abdi Dalem Musikan dari Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan menuju ke Bangsal Mandalasana. (Dwi)

Jogja Raya