RADAR JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DIJ mencatat ada sebanyak 1.817 kejadian bencana yang terjadi sepanjang 2022. Didominasi oleh gempa bumi sejumlah 771 kejadian. Sebanyak 762 kejadian diantaranya merupakan gempa tidak terasa.

Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana mengungkapkan longsor juga menjadi bencana yang paling kerap terjadi selama 2022. Salah satu bencana hidrometeorologi ini tercatat terjadi di Jogjakarta sebanyak 707 kejadian. Paling banyak terjadi di Kulonprogo dengan jumlah 454 kejadian. 

Biwara mengatakan ini perlu menjadi perhatian bersama. Termasuk masyarakat dan jajaran pemerintah. Utamanya di kawasan rawan bencana longsor seperti di Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan lainnya. 

“Dibalik itu menjadi kajian. Mengapa terjadi kemunculan kasus yang tinggii. Mengapa rentan terjadi tanah longsor,” jelas Biwara saat jumpa pers di Kantor BPBD DIJ, Selasa (7/2).

Dia meminta masyarakat untuk mengenali dan peka terhadap tanda-tanda kejadian longsor. Biasanya longsor terjadi usai turunnya hujan dengan intensitas tinggi dan lama.

Setelah itu ditandai dengan adanya suara batu-batu kecil yang jatuh mengenai atap. Jika intensitas suara batu semakin sering, masyarakat di kawasan rawan bencana longsor diminta untuk menyelamatkan diri.

Selain memberikan edukasi kepada masyarakat terkait mitigasi bencana, BPBD DIJ juga membentuk Kelurahan Tangguh Bencana (Kaltana). Adapula Sekolah Pendidikan Aman bencana (SPAB). Kaltana dan SPAB telah operasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jogjakarta.

“Pada tahun 2022 ada sebanyak 326 Kaltana dan 201 SPAB di Jogjakarta,” katanya.

Biwara menambahkan pihaknya juga bergantung pada Early Warning System (EWS). Ini digunakan untuk menginformasikan kepada Pusdalops BPBD DIJ mengenai kondisi di sekitar lokasi EWS.

Setidaknya telah ada 39 EWS manual di kawasan rawan bencana longsor. Sayangnya, dari jumlah tersebut baru ada 3 EWS yang telah berbasis online.

“E-warning sistem kita bangun di di beberapa tempat yang rawan longsor. Tetapi karena keterbatasan kita tidak bisa membangun di semua titik. EWS online ada 3. Ini secara online memberikan infomasi kepada Pusdalops BPBD terutama mengenai kondisi hujan,” ujarnya.

Dari seluruh kejadian bencana yang terjadi di Jogjakarta memunculkan kerugian hingga Rp 266.735.898.000. Sebanyak 6.624 jiwa juga terdampak. Terdiri dari 64 luka-luka, 66 meninggal dunia dan 699 mengungsi.

Dia meminta seluruh pihak menjadikan data kebencanaan sebagai acuan mitigasi bencana. Dapat diawali dari skala Kalurahan lalu Kapanewon atau Kemantren hingga Kabupaten atau Kota.

“Diharapkan penyebarluasan ini dapat membuka kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan mitigasi bencana, dan meningkatkan kemampuan menciptakan kemandirian masyarakat dalam merespon kondisi lingkungan sekitar,” katanya. (isa/dwi)

Jogja Raya