RADAR JOGJA – Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Jogja Tri Karyadi Riyanto Raharjo memastikan Kota Jogja tepat dipilih menjadi lokasi Pusat Desain Industri Nasional (PDIN). Menurutnya, Kota Jogja memiliki sumber daya manusia yang kreatif. Selain itu juga memiliki kedekatan dengan pusat perkembangan industri sebagai acuan tren.

“Sangat terbuka akses bagi buyer nasional maupun internasional. Dan mendukung Jogja menuju Kota Fashion Dunia,” jelas Tri ditemui di PDIN, Senin (6/2).

Dia mengatakan akan ada tiga produk yang menjadi fokus pengembangan di PDIN. Ketiganya adalah produk fesyen, logam dan perkayuan. Ini karena ketiganya memiliki potensi bisnis yang besar.

Dalam perkembangannya Tri menyebut akan ada berbagai tantangan. Misalnya, semakin kompetitifnya sektor industri. Sehingga memerlukan inovasi dalam bidang desain. Tujuannya, agar produk IKM mampu naik kelas hingga ke pasar internasional.

“Perbedaan cara berfikir juga menjadi tantangan dalam mengembangkan desain,” katanya.

PDIN nantinya tak hanya sebatas menjadi tempat pameran saja. Ada berbagai kegiatan yang bisa dilaksanakan di sini. Seperti workshop, bimtek, hingga gelaran even.

Pada tahun 2023, pihaknya fokus membangun kesadaran masyarakat akan keberadaan PDIN. Tahun 2024 PDIN akan fokus melakukan riset dan pengembangan.

“Tahun 2025 mulai menjangkau pelaku industri seluruh Indonesia dan mempertemukan pelaku industri dengan buyer di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.

Gubernur DIJ Hamengku Buwono X mengungkapkan Jogjakarta memiliki potensi yang besar dalam bidang fashion. Namun, kedepan produk-produk fashion harus mampu naik kelas. Misalnya dengan menyematkan merek pada produk fashion.

Dia juga mengatakan perlu adanya kolaborasi, utamanya dengan pelaku UMKM. Ini karena fesyen tak hanya sebatas pakaian saja. Aksesoris, sepatu atau tas juga termasuk bagian dari fashion.

“Potensi ada, tapi kebersamaannya ada tidak. Di Jogjakarta ada produk pabrik yang dieksport. Tapi kan hanya dijahit dan dikirimkan sesuai pesanan buyer. Fesyen menciptakan desain. Kalau dijual levelnya harus yang dijahit bermerek supaya punya harga yang lebih tinggi,” katanya. (isa/dwi)

Jogja Raya