RADAR JOGJA – Kegigihan Maghfiroh Izza Maulani dalam menyelesaikan pendidikan berbuah manis. Dia berhasil merampungkan studinya pada program sarjana (S1) Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA UNY belum lama ini dengan nilai cum laude.

MEITIKA CANDRA LANTIVA, Sleman, Radar Jogja

Bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi saja, dia mengaku sudah bersyukur. Apalagi bisa sampai lulus dan menyandang cum laude. Baginya suatu kebangganan tersendiri.

Perempuan yang akrab disapa Izza ini mengaku perjalanannya tak mudah. Penuh lika-liku dan tantangan. Dengan keterbatasan ekonomi dan gagal mendapatkan beasiswa, dia pun sempat berkecil hati. Bagaimana nanti menanggung beban kuliah.

Namun atas dukungan keluarga, kepercayaan dirinya tumbuh. Dan sejak ditambahnya kuota Bidikmisi, namanya pun terjaring. “Awalnya sempat tak lolos, nggak tahu lagi bagaimana nanti. Namun saat ada penambahan kuota, alhamdulillah lolos,” katanya Minggu (29/1).

Anak pertama pasangan Sudarjo dan Sri Wahyuni yang berprofesi sebagai buruh serabutan ini pun berhasil mendapatkan bantuan Bidikmisi. Untuk bisa menghidupi kebutuhan pendidikan, Izza bertekad mencari tambahan uang saku. Dia mengambil kerja part time. Di sela padatnya jadwal kuliah, menyempatkan diri bekerja, mulai mengajar les matematika untuk mengasah skill sekaligus mencari uang jajan.

Izza merasa berayukur lika-liku perjalanan kuliahnya berhasil dia lalui. Mulai dari pengalamannya melakukan perkuliahan daring dari rumahnya Magelang, dengan keterbatasan sinyal. Lalu, perjuangannya membagi waktu kuliah sambil kerja dan bergabung menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Matematika, UKMB Magenta Radio, dan mengikuti program Kampus Mengajar.

Padatnya kegiatan yang dia tempuh itu, akhirnya berbuah manis. Dia berhasil menamatkan kuliahnya dengan dengan perolehan indek prestadi kumulatif (IPK) 3,77. Beruntungnya lagi, pasca lulus beberapa bulan lalu dia mendapatkan panggilan kerja. Sekarang Izza telah mengajar di SMAS Daar el Qolam Tangerang. Dia juga berencana meneruskan ke jenjang lebih lanjut, program magister (S2).

“Segala bentuk keterbatasan ada hikmahnya. Jangan pernah berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Masih banyak hal yang bisa diusahakan. Allah pasti menolong hambanya yang bersungguh-sungguh,” ungkapnya. (laz)

Jogja Raya