RADAR JOGJA – Pulpen beda dengan bolpoin. Meski memiliki kesamaan fungsi, alat tulis tersebut memiliki perbedaan. Demikian pengalaman yang dibagikan seorang pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Gunungkidul.
Namanya Sri Andari warga Kalurahan Wiladeg, Kapanewon Karangmojo. Dia mengawali karir sebagai guru, kepala sekolah, pengawas dan mengakhiri purna tugas dengan jabatan kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Gunungkidul.
“Pulpen itu dalamnya ada selongsong untuk tempat tinta dan harus diisi kalau habis. Sementara bolpoin seperti umumnya sekarang lebih praktis, tidak perlu mengisi sendiri,” kata Sri Andari saat dihubungi kemarin (27/1).
Kata dia, perangkat pulpen bermacam-macam. Mulai dari tinta, ujung runcing untuk menulis, serta bantalan yang digunakan untuk menyerap tinta agar tidak berceceran. “Saya pernah menggunakan pulpen celup. Jadi baru bisa digunakan menulis setelah ujung pulpen dicelupkan ke mangsi (tinta),” ucapnya.
Terbayang bagaimana repotnya? Ibu tiga anak ini menganggapnya sebagai dinamika dalam pekerjaan. Sebagai seorang tenaga pendidik, selalu akrab dengan dunia tulis menulis menggunakan pulpen.
“Menulis dengan pulpen hasilnya bagus dan rapi. Kalau salah menggerakkan pucuk pulpen, tinta tidak keluar. Kita bisa atur tebal tipis tulisan, bisa membentuk tulisan tegak lurus. Gerakan pulpen ke arah ke bawah tebal dan ke atas hasil tulisan tipis,” terangnya.
Rini jadi ingat ketika memiliki pekerjaan setumpuk ijazah. Kala itu dari dinas menugaskan agar mencatat dokumen resmi peserta didik. Saat menulis ijazah, kata dia, waktunya malam hari di saat orang pada umumnya tertidur pulas.
“Ketika sudah tidak ada suara-suara yang mengganggu konsentrasi. Bahkan tidak jarang, saking dikejar waktu penyelesaian, saya nulis sampai dini hari,” kenangnya.
Menurutnya, menulis ijazah perlu konsentrasi penuh, karena ada tuntutan tersendiri. Seperti kebenaran data identitas, ketelitian jangan sampai salah, baik data maupun tulisan, mudah dibaca dan ejaannya benar.
“Pernah saya keliru menulis ‘gungkidul’ padahal yang benar Gunungkidul dan tidak boleh dihapus (ijazah rusak). Saya membuat berita acara permohonan ganti ke dinas pendidikan,” ucapnya sembari melepas senyum. (gun/laz)