RADAR JOGJA – Gerakan membawa botol minum atau tumbler untuk mengurangi sampah botol plastik dinilai positif. Namun, gerakan itu akan percuma apabila tidak didukung oleh pemerintah daerah (pemda). “Gerakan membawa tumbler harus diikuti dengan fasilitas pengisian ulang,” tegas Direktur Eksekutif Walhi DIJ Halik Sandera Jumat (27/1).

Secara konkret, Halik menyebut air minum dalam tumDbler akan habis diminum. Kalau tidak diisi kembali maka kebutuhan air minum tidak terpenuhi dengan baik. Menurutnya tidak mungkin orang kembali lagi ke rumah hanya untuk mengisi air. Sementara kegiatan di luar rumah masih berlanjut. Hal ini sangat merepotkan. ”Kapasitas terbatas, ya tidak mungkin memenuhi kebutuhan sampai seharian,” ujarnya.

Akhirnya dalam keadaan seperti itu, orang tetap akan membeli air minum kemasan. Dan sampah tetap ada. Oleh karena itu, fasilitas pengisian ulang air minum harus disediakan pemerintah setempat. Khususnya di ruang publik. “Karena kalau hanya gerakan mendorong menggunakan tumbler, kalau sudah habis dan ada kebutuhan minum pasti biasanya beli,” bebernya.

Halik Sandera.(DOKUMENTASI PRIBADI)

Menurutnya, pembangunan fasilitas isi ulang bisa dimulai di kawasan wisata dan pusat perbelanjaan. Hal semacam ini pun pernah diterapkan di kawasan Malioboro. “Yang kelihatan awal-awal Malioboro dibangun (direnovasi, Red). Tapi hari ini bisa dilihat sudah tidak ada dan tidak berfungsi,” lontarnya.
Hal ini pun, kata Halik, menjadi problem. Sebab fasilitas publik yang telah ada, tidak diawasi dan dirawat dengan baik.

Selain itu, fasilitas isi ulang air minum ini juga bisa disediakan di lingkungan universitas dan difasilitasi oleh kampus. Sebab Jogja sebagai Kota Pendidikan, harus lebih memiliki kesadaran akan hal ini.

Halik menilai, apabila gerakan membawa tumbler tidak didukung penuh, maka lambat laun orang akan berhenti membawanya. Sebab merasa tidak bisa memaksimalkan wadah minum yang dibawanya. “Di awal semangat membawa tumbler, akhirnya nggak bawa lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM Muhammad Pramono Hadi menuturkan, membawa tumbler bukan hanya gaya hidup. Namun juga menunjukkan sikap positif seseorang terhadap lingkungan yang dampaknya tidak langsung.

“Itu bagian dari gaya hidup, tidak hanya dalam konteks tumbler. Itu menunjukkan sikap seseorang terhadap lingkungan. Dampaknya tidak langsung terhadap pengurangan plastik, tetapi cenderung pada sikap,” tandasnya. (lan/eno)

Jogja Raya