
Pengelola Bank Sampah Dahlia tengah menimbang sampah yang disetor nasabahnya (15/1).(SITI FATIMAH/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Bank Sampah Dahlia jadi salah satu bukti upaya masyarakat dalam pengentasan sampah di Kota Pelajar. Tidak melulu mengandalkan Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja mengedukasi masyarakat.
Ketua Bank Sampah Dahlia Musiyem menyebut organisasinya sudah lama tumbuh di RW 03, Keparakan, Mergangsan, Kota Jogja. Namun pandemi Covid-19 mengendorkan semangat warga. Sempat vakum, pada akhir 2021 bank sampah ini kembali bergerak. “Bulan Oktober, kami didatangi DLH, kelurahan, dan kemantren. Mereka datang ke sini untuk memberikan semangat,” sebutnya pada Radar Jogja kemarin (15/1).
Lepas kunjungan itu, Musiyem langsung menggerakkan kembali anggotanya. Sehingga kegiatan dapat aktif lagi pada November 2021. “Pertama kami ngopyak-opyak dulu,” ujarnya.
Melalui upaya itu Marsiyem berharap warga bersedia jadi nasabah. Mau tergerak pula untuk tiap sebulan sekali datang ke RTHP Dipowinatan. Mengantar sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomi. “Kalau bisa datang, kalau tidak saya datangi. Pokoknya sedikit pun nggak papa, asalkan bisa membantu pemerintah dalam program ini (pengurangan sampah anorganik, Red),” cetusnya.
Jemput bola dilakukan perempuan 55 tahun ini. Mengingat tidak semua warga mampu membawa beban. “Kadang ada yang sudah sepuh. Ada sampah, tapi nggak mampu. Terus saya ambil bawa ke sini,” bebernya.
Terkait kendala, Mursiyem menyebut masih ada warga yang menumpuk sampah dalam keadaan kotor. Artinya, masih ada material penyerta yang ditimbang ke Bank Sampah Dahlia. “Tapi nggak papa, kami edukasi lagi. Soalnya dia nasabah baru,” ucapnya.
Ketua RW 03 Mohamad Hasan mengapresiasi keberadaan Bank Sampah Dahlia. Lantaran administrasinya tertata dengan baik. Sehingga menumbuhkan kepercayaan pada nasabahnya.
Kendati begitu, Hasan menyoroti bank sampah yang masih belum maksimal. Lantaran nasabah yang berhasil diajak belum ada 50 persen dari total warga. “Jumlah ada sekitar 200-250 KK, tapi belum ada 50 persen warga jadi nasabah bank sampah,” sesalnya.
Selain itu, dia mengharapkan pengembangan bank sampah. Tidak hanya berkutat pada sampah anorganik. Tapi juga mulai menilik potensi sampah organik melalui maggot. “Kendalanya, ada pada lokasi yang terbatas,” tandasnya. (fat/bah)