RADAR JOGJA – Gereja Ayam atau yang kini masyhur dengan nama Bukit Rhema terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Tempat itu menjadi tempat ibadah atau rumah doa bagi seluruh agama. Kendati disebut Gereja Ayam, bangunan tujuh lantai tersebut berbentuk burung merpati memakai mahkota.

Bangunan itu digagas oleh seorang pengusaha asal Lampung bernama Daniel Alamsyah pada 1990-an. Uniknya, gereja itu dibangun secara autodidak. Tanpa bantuan arsitek. Sehingga banyak yang mengira jika mahkota di atas kepala itu merupakan jengger ayam.

Pemandu wisata Agustinus Nubatonis mengatakan, pembangunan itu dilakukan secara manual. Tidak menggunakan sketsa. “Pak Daniel sendiri lulusan Sekolah Rakyat (SR). Dia membangun rumah doa bagi seluruh bangsa itu bentuknya merpati, bukan ayam,” ungkapnya, Jumat (23/12).

Sebelum membangun tempat ini, kata dia, Daniel mendapat ilham. Bahwa di atas sebuah bukit ada gedung yang semua orang datang berduyun-duyun. Naik ke sana untuk berdoa.

Lantas, Daniel bertanya pada dirinya sendiri, ‘kenapa saya orang awam tapi diperlihatkan ilham itu?’. Beberapa waktu kemudian, dia berlibur ke Borobudur dan melihat bukit (Bukit Rhema, Red), persis seperti dalam mimpinya. “Setelah itu beliau minta izin kepada warga sekitar untuk berdoa semalaman di sana,” jelas Agustinus.

Dia menceritakan, Daniel saat itu bertemu dengan seorang warga bernama Warjito yang hendak mencari rumput. Mereka pun naik ke atas bukit bersama-sama dan Daniel berdoa semalaman. Karena tertarik dengan bukit itu, dia menitipkan kartu namanya kepada kepala dusun. Agar sewaktu-waktu bisa menghubunginya jika tanah itu dijual.

Dua minggu setelahnya, Daniel dihubungi oleh orang yang mempunyai tanah itu saat sudah berada di Jakarta. Tanpa berpikir panjang, dia membelinya dan segera membangun rumah doa memakai dana pribadi.

Daniel yang saat itu masih bekerja di Jakarta, tetap menyempatkan diri pulang-pergi ke Borobudur. Hingga akhirnya pensiun dan memutuskan pindah ke Borobudur. Pembangunan Gereja Ayam ini terus dilakukan hingga sekarang.

Bangunan itu, kata Agustinus, merupakan rumah doa bagi segala bangsa dengan ikon burung merpati. “Mengapa burung merpati? Karena burung merpati itu lambang dari perdamaian, kesetiaan, cinta kasih, dan ketulusan,” paparnya.
Sampai detik ini pun, Gereja Ayam masih dipergunakan untuk tempat berdoa. Adapun bangunannya terdiri atas tujuh lantai yang memiliki fungsi berbeda-beda. Tapi, untuk tempat khusus berdoa berada di lantai pertama.

Dulunya, Gereja Ayam ini terbengkalai dan sempat tidak terurus. Mengingat saat itu Daniel tengah kesulitan dalam hal pendanaan. Tapi, bangunan itu sempat menarik perhatian karena muncul dalam film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC).

Tim film survei di lokasi pada Januari 2015. Tapi, setelah tayang, mereka menyebutnya Gereja Ayam. “Kalau sebelum 2016, sebelum AADC tayang, kalau ada yang ke Borobudur dan tanya letak Gereja Ayam, orang-orang nggak tahu. Tahunya Bukit Rhema,” tambah Agustinus.

Lantaran usianya yang sudah tidak muda lagi, Gereja Ayam terus diperbarui. Mengingat proses pembangunan dan pengecoran juga dilakukan secara manual. Sehingga dikhawatirkan tidak kuat dan ambruk.

Di Gereja Ayam ini, lanjut Agustinus, menyediakan ruang-ruang peribadatan untuk seluruh umat. Mulai musala, gereja Katolik, dan lain-lain. Bangunannya juga dilengkapi beberapa kedai, toko oleh-oleh, dan ada pula instalasi seni. Sebagai rekam sejarah perjalanan Gereja Ayam. (aya/laz)

Jogja Raya