Radar Jogja – Pemkot Jogja mengembangkan city beautification. Sebuah gerakan yang berasal dari filosofi reformasi arsitektur Amerika Utara dan perencanaan kota yang berkembang sepanjang 1890-an dan 1900-an. Tujuannya menonjolkan keindahan dan keagungan monumental kota.
City beautification ini sesuai dengan Kota Jogja, mengingat banyak bangunan bersejarah di kota ini. Terutama yang terjajar di sumbu filosofis. Menurut sejarahnya, city beautification merupakan gerakan progresif di bawah kepemimpinan kelas menengah ke atas yang peduli pada kondisi kehidupan yang buruk di kota-kota besar. Keindahan yang promosikan, diharapkan mampu menciptakan kebajikan moral dan sipil di kalangan penduduk perkotaan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Jogja Hari Satyowacono mengatakan, pembangunan yang dilakukannya mengusung city beautification. Salah satu kawasan yang baru kini telah rampung adalah pedestrian di Jalan Senopati. “Kita lihat ada permainan lampunya dan tanaman yang mendukung city beautification,” ujarnya kepada Radar Jogja kemarin (12/12).
Hari menjelaskan, proyek pedestrian diterapkan pada dua sisi Jalan Senopati. Masing-masing panjangnya 700 meter, sehingga total 1.400 meter. “Untuk ini nilai kontraknya Rp 12 miliar,” ungkapnya.
Dikatakan, pengerjaan pedestrian dilakukan sejak Agustus lalu dengan waktu 150 hari. Ia membenarkan, pengerjaan terus dikebut kendati musim hujan. Sebab bila habis masa kontrak dan belum selesai, diterapkan konsekuensi denda bagi pelaksana. “Sehingga target bisa tercapai dengan sesuai kontrak,” ujarnya.
Hari berharap pedestrian Senopati dapat menunjang kepariwisataan di Kota Pelajar. Lantaran memberi fasilitas yang aman dan nyaman bagi wisatawan yang parkir di Senopati untuk berkunjung di area sekitarnya. Antara lain menuju Taman Pintar, Titik Nol Kilometer, dan Keraton Jogja. Termasuk bagi penyandang disabilitas yang turut diberikan jalur khusus.
Sementara Ketua Komisi C DPRD Kota Jogja Ririk Banowati mengapresiasi pengerjaan proyek pedestrian Jalan Senopati yang tidak kendur meski musim penghujan. Sehingga proyek segera rampung dan dapat dinikmati masyarakat Kota Jogja dan wisatawan. “Karena hujan tidak menjadi alasan menunda penyelesaian proyek,” ujarnya.
Ririk mengharap nantinya masyarakat dapat merasa memiliki pedestrian. Sebab pedestrian merupakan fasilitas publik yang semestinya dijaga bersama. “Ini kan juga bermanfaat untuk masyarakat. Bukan hanya OPD terkait untuk menjaga dan memelihara. Tapi juga kewajiban kita semua sebagai masyarakat,” tegasnya. (fat/laz)