RADAR JOGJA – Sweater rajut tidak hanya diburu kaum hawa. Namun para adam, juga banyak yang mencari pakaian tebal dari rajutan ini. Produk yang paling diminati adalah model crewneck.

Pemilik Sweater Rajut Jogja Dea Levana menyebut, model crewneck yang dijualnya memiliki ciri khas. Dibuat dengan warna netral. Sehingga tidak hanya bisa dipakai perempuan, namun juga laki-laki.

Model seperti ini, lanjut Dea, lantaran banyak artis Korea mengenakan pakaian model oblongan ini. Dea pun mengaku, kerap mendapatkan pesanan sweater yang dipakai salah satu artis sekaligus penyanyi Korea bernama JungKook. Dan model ini, menjadi best seller. “Kalau pakai ini berasa orang Korea, beberapa customer-ku bilang seperti itu,” ungkapnya kepada Radar Jogja kemarin (25/11).

Tidak hanya berwarna netral, model crewneck juga memiliki corak beragam. Selain abu-abu gradasi, motif lain yang ditawarkan adalah garis di bagian depan.

Jika banyak pria yang mengincar crewneck, lain halnya dengan perempuan. Khususnya mereka yang berhijab. “Kardigan paling tinggi peminatnya,” ujar perempuan 23 tahun asal Sidoarjo, Jawa Timur ini.

Kendati begitu, juga banyak model lain yang ditawarkan. Seperti kerah tinggi (turtle neck), hingga sweater berkancing. Seluruh desainnya, dibuat sendiri oleh Dea. “Ada juga model pakaian barat. Rajutannya rumit, benangnya tebal dan ukurannya besar. Kalau ini khusus yang buat nenek saya, si jago rajut,” lontarnya.

Dalam sehari, Dea mampu memproduksi delapan sweater. Dibantu empat karyawannya, yang semuanya adalah mahasiswa. Rajutannya cenderung simpel, namun bahan benang dan model tetap mengikuti perkembangan tren. Dia pun menyebut, bahan yang digunakan tetap menyesuaikan iklim tropis. Beberapa bahan rajut dipilihnya bercampur polyester. Tidak panas dan tidak dingin. “Apalagi dipakai saat musim dingin seperti ini, sangat cocok karena cenderung hangat,” bebernya.

Dea pun membagikan tips perawatan sweater rajut agar tetap awet dan tak bau apek. Karena dibuat dengan benang wol, cenderung memiliki daya serap air yang tinggi. Sehingga cara menyimpannya bukan dilipat lalu dimasukkan di dalam lemari. Namun digantung dan diangin-anginkan.

Sedangkan saat mencuci, tidak dibersihkan menggunakan sikat. Hanya cukup direndam dan dikucek pelan. Lalu hanger yang digunakan, sudutnya tidak runcing. Agar benang rajutan tak mudah rusak.

Alumni Sastra Inggris UGM ini mengaku menggeluti bisnis ini tiga tahun lalu. Ide ini muncul ke rumah neneknya, di Bandung. Melihat Nenek dan tetangga kampungnya pandai merajut, dia pun tertarik belajar. Kini, sweater rajut buatannya dijual dari Rp 100 ribu, hingga paling mahal Rp 500 ribu. “Selain saya jual di marketplace, saya aktif di bazar,” tandasnya. (mel/eno)

Jogja Raya