
SOSOK : Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ditemui di Kantor PP Muhammadiyah Jogjakarta, Rabu (5/10). (DWI AGUS/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta penyelidikan tragedi Kanjuruhan Malang berlangsung terbuka. Terutama untuk mengungkap fakta penyebab meninggalnya ratusan suporter Aremania.
Haedar mendorong agar investigasi dilakukan secara objektif. Terlebih telah ada tim independen pencari fakta bentukan Menkopolhukam Mahfud MD. Sehingga harapannya dapat berlangsung transparan.
“Kata kuncinya, investigasi yang objektif terbuka transparan hasilnya nanti,” tegas Haedar di sela-sela peluncuran Universitas Siber Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah Jogjakarta, Rabu (5/10).
Haedar menegaskan publik berhak tahu atas fakta tragedi Kanjuruhan. Terlebih kasus ini telah menjadi atensi dunia internasional. Menjadi tragedi kemanusiaan dalam dunia olahraga.
Dia berpesan agar nurani tetap menjadi pegangan. Guna mengakui adanya kesalahan atas perencanaan pertandingan. Baik dari sisi penonton, panitia pelaksana hingga aparat keamanan.
“Lebih baik kita salah dan mengakui ada kesalahan dari pada tragedi besar ini kita tutupi. Karena dengan kita belajar jujur, terbuka objektif, transparan itu kita belajar untuk tidak mengulangi ke depan,” pesannya.
Saat ditanya tanggungjawab PSSI, Haedar mengingatkan kembali pentingnya nurani. Dia tak berhak mengintervensi kelembagaan PSSI. Hanya saja warga berhak mempertanyakan tanggungjawab organisasi pimpinan Iwan Bule ini.
Begitupula tentang desakan agar ketua PSSI Iwan Bule mundur. Menurutnya keputusan tersebut adalah pilihan personal. Paling utama adalah tanggungjawab atas tragedi Stadion Kanjuruhan.
“Nah itu nurani yang paling menentukan. Tapi poin pentingnya adalah tanggungjawab,” katanya.
Persepakbolaan luar negeri, menurutnya, dapat menjadi percontohan. Semua telah tertata dengan baik. Mulai dari manajerial tim, ketertiban penonton, persiapan penyelenggara hingga keamanan.
“Di negara maju memang jadi industri yang hebat tetapi regulasinya begitu rupa. Sampai detail. Masih ada rasisme tetapi hukuman pada rasisme tinggi. Kedua sistem kehidupan kita secara keseluruhan di Indonesia untuk safety keamanan masih kurang,” ujarnya. (Dwi)