RADAR JOGJA – Jadwal pertandingan sepak bola yang terlalu malam dinilai rawan terjadi kasus kekerasan, seperti tewasnya Aditya Eka Putranda, 18, usai menonton PSS Sleman melawan Persebaya Surabaya. Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa pun memberikan masukan kepada PSSI.

“Kami tidak bisa menentukan (jadwal pertandingan, Red). Hanya bisa memberikan masukan saja. Semoga masukan dapat diterima secara bijaksana,” ujar Danang kemarin (29/8). Ia menyadari banyak pertimbangan yang harus diputuskan oleh pihak penyelenggara.

Danang berharap ada ada kebijakan khusus dari PSSI agar jadwal pertandingan Liga 1 dan Liga 2 tidak terlalu malam karena risikonya. “Perlu diketahui bahwa risiko bukan di stadion, tapi sebelum dan setelah pertandingan. Jadi mengubah jadwal ini keputusan dari PSSI,” jelasnya.

Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyatakan keprihatinan atas meninggalnya warga Sleman karena dikeroyok usai menonton pertandingan di Stadion Maguwoharjo. Apalagi, peristiwa serupa terjadi awal Agustus 2022. Seorang fans PSS Sleman bernama Tri Fajar Firmansyah juga meninggal karena dianiaya.

“Saya prihatin sekali, kok kejadian seperti ini ada lagi. Saya mengharap jangan terulang kembali. Dengan ini, saya pribadi dan Pemkab Sleman mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya anak kita ini,” jelas Kustini.

Evaluasi jadwal pertandingan yang terlalu malam (mulai pukul 20.30) karena rawan, juga disuarakan Jogja Police Watch (JPW). Kadiv Humas JPW Baharuddin Kamba menyebut, pertandingan yang digelar malam hari sangat riskan terjadinya tindak kriminal.

“Seluruhnya harus dievalusi secara tuntas. Termasuk penyelenggara, karena pertandingan yang digelar malam hari sangat riskan terjadinya tindak kriminal. Misalnya gesekan antarsuporter atau tindak kekerasan lainnya di jalanan,” tandas Kamba.

Kamba setuju nyawa seseorang adalah segalanya. Lebih baik tidak ada liga sepak bola bila penyelenggaraannya harus mengorbankan nyawa manusia. Artinya, korban terus berjatuhan karena tidak ada pengelolaan yang baik.
“Nyawa lebih utama dari sekadar pertandingan bola. Pelaku harus dihukum setimpal. Perilaku memalukan serta mengecewakan ini tidak boleh terulang. Ini menambah daftar panjang suporter sepak bola di tanah air yang meninggal dunia. Jangan ada lagi korban setelah Aditya,” tandasnya. (lan/fat/laz)

Jogja Raya