RADAR JOGJA – Nasib nahas dialami dua orang pencari rumput di Dusun Pengos A, Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh. Keduanya tertimbun longsor, dan satu di antaranya meninggal dunia. Musibah longsor ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah Kulonprogo.

Kedua korban yang tertimpa longsoran material tanah berbatu, Astho Supriyo Asmoro, 50, dan Sujidi, 50. Informasi awal korban pulang dari merumput (mencari rumput) sekitar pukul 10,00. ”Keduanya pulang lewat jalan pintas, tiba-tiba tanah longsor dan menimpa keduanya,” ucap Anggota TRC BPBD Kulonprogo, Sungkowo, Rabu (1/6).

Dijelaskan, kondisi tebing memang labil. korban Astho meninggal dunia, sementara Sujidi berhasil selamat. Korban meninggal dunia di lokasi kejadian dengan posisi kepala di bawah. Sedangkan Sujidi berhasil selamat tanpa luka sedikitpun. ”Evakuasi dilakukan secara manual oleh warga dibantu relawan,” jelasnya.

Berdasarkan keterangan warga sekitar, korban memang sering mencari rumput di dekat lokasi kejadian yang berjarak sekitar 700 meter dari rumahnya. Mereka merumput untuk umpan ternak. “Korban memang sering mencari rumput untuk pakan ternak di sini,” ucapnya.

Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo, Joko Satyo Agus Nahrowi menegaskan, hasil pantauan di lokasi kejadian, tinggi tebing yang longsor menewaskan satu orang warga itu mencapai 50 meter dengan kemiringan tebing di atas 80 derajat. Kawasan tersebut masuk daerah rawan tanah longsor.

Sementara itu, longsor juga menerjang rumah milik Sudiro, di Pedukuhan Clapar II, Kalurahan Hargowilis, Kapanewon Kokap, Kulonprogo, beruntung tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Hujan sudah turun sejak Senin (31/5) sekitar pukul 17.00. Hingga pukul 24.00 hujan tak kunjung reda, justru semakin deras.

“Saya dengar gemuruh, ternyata tebing setinggi 30 meter di sebelah rumah runtuh. Saat kejadian saya dan keluarga ada di dalam rumah, tetapi di bilik belakang. Ibu saya kebetulan juga baru bertandang ke rumah saudara. Ya, longsor pas mengenai kamar ibu,” ucap Sudiro.

Menurutnya, tanda-tanda longsor memang sudah terpantau sejak awal, setidaknya ketika ia mencoba cek tebing tersebut, ada retakan tanah sekitar 25 sentimeter dan lebar 100 meter sepanjang 10 meter. Ia juga sempat memangkas kayu yang membahayakan, sebab mengarah ke rumah. Batang pohon itu juga sudah coba diikatkan ke pohon lain. “Nggak berani tebang, pemilik pohon dan lahan sudah berpesan jangan diapa-apakan. Tetapi pemilik lahan sebetulnya sudah melakukan upaya preventif, membuat terasering di tebing,” ujarnya.

Mengantisipasi longsor susulan, Sudiro bersama keluarganya memilih mengungsi sementara waktu jika hujan berlangsung lama dengan intensitas tinggi. “Kalau tidak hujan yang di rumah, kalau hujan lebat sehari kami memilih untuk mengamankan diri ke rumah saudara yang lebih aman,” ujarnya.

Lurah Hargowilis, Warsidi menambahkan, sedikitnya ada tiga unit rumah warganya yang terkena longsor. Diantaranya rumah Sudiro di Pedukuhan Clapar II, rumah milik Wiryonadi di Pedukuhan Salam dan rumah milik Sudar di Pedukuhan Tegiri I. Longsor juga sempat menutup akses jalan desa di Pedukuhan Soko, namun skalanya kecil dan bisa langsung dibersihkan secara manual.

“Kebetulan kalurahan kami sudah terbentuk kampung siaga bencana (KSB). Sehingga alat untuk evakuasi dan logistik seperti beras dan mie instan aman. Namun mengingat intensitas hujan masih tinggi dan kerap terjadi,” ujarnya.
Maka dari itu, ia mengimbau masyarakat untuk memperbaiki saluran drainase di rumah masing-masing. Jangan sampai air menyusup ke celah tanah dan memicu longsor. Khususnya di wilayah Clapar II dan Sidowayah. ”Selebihnya tebing relatif landai dan aman,” katanya. (tom/bah)

Jogja Raya