RADAR JOGJA – Pemkot Jogja memastikan warga yang tinggal di Jogja aman. Termasuk menjamin keamanan wisatawan yang berkunjung ke kota ini. Sebab, tindak kejahatan jalanan atau klithih, bukan menyasar korban secara acak. “Jogja aman, tidak perlu di-save sudah safe. Silakan datang ke Jogja,” seru Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti kemarin (12/4).

Seperti diketahui, meninggalnya Daffa Adzin Albasith dalam aksi kejahatan jalanan di daerah Gedongkuning, Jogja, Minggu lalu (3/4) membuat Kota Jogja jadi sorotan. Untuk itu, pemkot berupaya untuk mengembalikan rasa aman dan nyaman warga. “Sebenarnya kita punya tripusat pendidikan. Harus lebih aktif,” tegasnya.

Haryadi menjelaskan, tripusat pendidikan terdiri atas tiga komponen. Antara lain sekolah, keluarga, dan masyarakat. Ketiganya wajib mengawasi dan mampu beri penerangan bagi anak. “Ini terus kami gencarkan,” lontarnya.
Pemkot juga mulai mengaktifkan Perda DIJ No 15/2016 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Menengah. Dalam kesiapannya, pemkot pun menggandeng Satpol PP dan lembaga kemasyarakatan pemuda, seperti karang taruna serta KNPI. “Kalau masalah hukum, kami serahkan ke Polri,” sebutnya.

Selanjutnya, Haryadi mengungkap modus klithih. Penyerangan tidak dilakukan secara acak. Melainkan target sudah ditentukan. Umumnya juga terjadi pergesekan antardua kelompok pelajar. Sebelum akhirnya pecah menjadi saling serang atau tawuran. “Jangan lebay, bahwa nanti kena korban acak. Yang ada itu salah sasaran,” ucapnya.

Kembali pada pendidikan, Haryadi menilai terjadi degradasi pada mental anak. Akibat terpapar oleh game online. Muatan kekerasan dalam game membuat anak terbiasa pula pada aktivitas kekerasan. “Seolah nyawa, melukai, dan menghilangkan nyawa orang itu bukan sebuah kata sakral yang harus dihayati,” sesalnya.

Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi menambahkan, pencegahan akan dilakukan sejak lingkup keluarga. Pemkot juga sudah memiliki perda ketahanan keluarga. Di dalamnya memuat aturan bahwa anggota keluarga harus berada di rumah saat jam menunjukkan pukul 22.00. “Kami mengatur tentang keluarga dan masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jogja Akhid Widi Rahmanto mengaku kehabisan akal dalam menangani klithih. Lantaran lembaganya pernah mengumpulkan anak-anak yang terindikasi terlibat kekerasan jalanan. Muhammadiyah bahkan menjalin kerja sama dengan Brimob, guna pembinaan anak-anak ini.

“Ketika pembinaan selesai, itu muncul lagi. Ya, berarti perlu dicari formulasi terbaik,” bebernya. Untuk itu, dia menekankan pentingnya peran keluarga. Sebab keluarga yang tidak harmonis berpotensi membuat anak cari pelarian. Menjadi fatal saat anak mendapat pengakuan di lingkup pertemanan yang tidak sehat. “Akhirnya timbul permasalahan ini (kekerasan jalanan, Red),” tandasnya. (fat/laz)

Jogja Raya