
MERASA KEHILANGAN: Teman dan keluarga berdoa di depan pusara Daffa Adzin Albasith yang meninggal duna akibat kekerasan jalanan di Jogjakarta, Minggu (3/4).(M Hafied/Radar Jogja)
RADAR JOGJA – Sambil terbata-bata, Anis Madkhan menceritakan kepergian anak tercintanya. Ia sesekali menghela napas panjang, tanda membesarkan hati usai ditinggal Daffa Adzin Albasith, yang meninggal dunia karena aksi kekerasan jalanan di Jogjakarta, Minggu (3/4).
M. HAFIED, Kebumen, Radar Jogja
Isak tangis masih menyelimuti keluarga besar Madkhan Anis, politisi NasDem, kemarin (4/3). Anggota DPRD Kebumen ini harus menerima kepergian anaknya, Daffa Adzin Albasith, saat tengah menempuh pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Jogja.
Daffa diduga menjadi korban kekerasan jalanan (klithih) di Kota Gudeg. Korban yang masih berstatus pelajar kelas XI ini dilaporkan meregang nyawa di tangan sekelompok orang tak dikenal, saat hendak membeli makan sahur.
Berawal korban melintas berboncengan menggunakan sepeda motor di kawasan Gedonguning, dari arah selatan ke utara. Saat itu korban disalip sekelompok orang dengan mengendarai dua sepeda motor. Ketika korban bersama teman melintas di depan sebuah toko, tiba-tiba salah seorang dari gerombolan itu menyabetkan gir terbungkus sarung ke arah kepala korban.
“Informasi detail saya belum tahu pasti. Yang jelas waktu itu sekitar pukul 03.00 pagi anak saya beserta teman kos sedang mencari makan sahur, tiba-tiba dipukul dari belakang,” kata Anis.
Peristiwa kelam itu menjadi pukulan terberat pasangan Madkhan Anis dan Turyani Widyastuti ini. Cita-cita anaknya untuk meneruskan pendidikan di bidang bisnis, kini pupus akibat ulah orang-orang tak dikenal yang membabi buta.
“Saya tanya, katanya pengen lanjutin bisnis. Ditawarkan kesehatan, tapi tidak minat, karena kami orang tua kan memang basic kesehatan,” saut Turyani, istri Anis dengan muka sembab.
Alasan terbesar Daffa memilih bidang bisnis karena terobsesi konsep perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW yang begitu lekat dengan dunia dagang. Kelas usai lulus menempuh pendidikan SMA, Daffa diketahui telah memiliki rencana ingin terus melanjutkan pendidikan di Jogjakarta. “Dia prinsipnya ingin meniru Rasulullah, dagang, karena tidak ada batasan. Jadi kalau ada keinginan datang dari anak, pasti kami support,” ucapnya.
Ia mengatakan, tidak memiliki firasat apa pun sebelum kepergian anaknya. Momentum terakhir bertemu ketika dirinya usai menghadiri sebuah kegiatan di Jogja seminggu sebelum peristiwa nahas itu terjadi. “Tidak kepikiran aneh-aneh. Minggu lalu sempat bertemu. Komunikasi terakhir 30 Maret, karena dikabari HP-nya rusak,” tuturnya.
Sehari selepas kepergian Daffa, teman, saudara dan kolega masih tampak mendatangi rumah duka di Desa Lemahduwur, Kuwarasan. Karangan bunga ucapan duka cita pun masih berjejer rapi di pelataran rumah. Dari kejauhan kakak dan adik korban terus tak kuasa menahan tangis, sembari menyapa para pentakziah yang datang silih berganti.
“Tentunya kami dari keluarga mohon kepada yang berwajib agar tidak terulang kembali untuk bisa mengusut dan menangkap pelaku. Cukup ini yang terakhir, kasihan kalau ini terjadi lagi,” pintanya.
Diffa Any Alifah, 20, merupakan orang pertama yang mendapat informasi Daffa menjadi korban kekerasan. Ia kakak korban yang kini juga bersama tinggal di Jogja untuk menempuh pendidikan. “Cerita dari temannya tuh mereka bertujuh boncengan motor, entah habis atau mau cari makan. Karena panik dikejar orang, pencar dan adik saya dikejar pakai motor, ada yang boncengan tiga,” terangnya.
Ia mengaku kaget mendengar adiknya menjadi korban kekerasan. Padahal secara kepribadian, korban dikenal sebagai remaja yang cenderung pendiam. Di kalangan usianya, korban adalah sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi. “Dilihat dari story WA, sepertinya tidak ada musuh. Komunitas ya sekadarnya, tidak sampai fatal. Selama ini hampir tidak ada curhat masalah,” jelasnya.
Melalui akun Twitter-nya @diffanyaa, Diffa juga membagikan pengalaman terakhirnya dengan sang adik tercinta. Mulai dari sang adik yang curhat handphone rusak dan berjanji akan pulang kampung. Hingga postingan yang seakan menjadi firasat kepergian Daffa. “Nanti kao aku meninggal ucapin pake foto yang aesthetik yaa trs kemakam makamnya di foto yg bagus jga.” Dalam postingan-nya Diffa membalas, “Nanti mba ifa jengukin ya, beli bunga dulu buat dafa biar makin ganteng.” (laz)