
MASIH LAMBAT : Sekprov Pemprov DIJ Kadarmanta Baskara Aji akui penerapan Telemedicine belum optimal berupa lambatnya respon pengiriman obat ke pasien isoman. (DWI AGUS/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Sekprov Pemprov DIJ Kadarmanta Baskara Aji akui penerapan Telemedicine belum optimal. Kendala utama adalah pengiriman obat yang terlalu lama. Dalam beberapa kasus, bahkan pasien sudah selesai masa isolasi mandiri (isoman).
Pria yang juga menjabat Sekretariat Satgas Penanganan Covid-19 Pemprov DIJ ini ungkap penyebannya. Berupa tidak responnya dalam menanggapi pasien isoman. Meski obat tetap terkirim, namun jangka waktu terlalu lama.
“Isoman keluhan Telemedicine itu obatnya terlambat atau slow respon, jadi yang bersangkutan sudah sembuh, obat baru datang,” jelasnya ditemui di Kompleks Kepatihan Pemprov DIJ, Jumat (4/3).
Aji memaparkan ada laporan obat terlambat 10 hari. Padahal pasien penerima obat sudah sembuh atau selesai masa isoman. Para pasien juga melaporkan mencari obat secara mandiri.
“Ada yang sampai 10 hari baru datang, seminggu baru datang. Kalau omicron bisa jadi sudah sembuh, sehingga harus cari obat sendiri,” katanya.
Atas temuan dan laporan ini, Aji meminta Dinas Kesehatan mengevaluasi sistem Telemedicine. Sehingga penanganan cepat dan tidak menunggu waktu. Terlebih obat sangatlah penting bagi pasien Covid-19 yang menjalani isoman.
Berdasarkan data, dari total pasien Covid-19, mayoritas memilih isoman. Ini karena para pasien tak bergejala hingga bergejala ringan. Sehingga tidak membutuhkan tindakan medis yang lebih intens.
“Lakukan koordinasi untuk isoman, karena sekarang paling banyak isoman bukan isoter. Koordinasi dengan Dinkes agar pelayanan Telemedicine dipercepat walau kadang tidak tahu cara pesannya,” ujarnya.
Aji juga meminta setiap Satgas Covid-19 maupun personel Puskemas melakukan pemetaan. Terutama untuk pasien Covid-19 usia lansia. Juga para pasien yang tidak memiliki akses penggunaan gawai. Ini karena penggunaan Telemedicine bersumber dari gawai dan aplikasi Peduli Lindungi.
“Kemampuan mengakses mungkin belum bisa, mungkin ada yang tidak pakai handphone. Kalau obat dikirim dari provinsi. Kita belum tahu dari sumber aplikasi yang terlambat atau distributor yang terlambat drop kita belum tahu ini,” katanya. (dwi)