RADAR JOGJA – Bicara bakpia tentu identik sebagai oleh-oleh khas Jogjakarta. Namun apa jadinya kalau yang membuat kuliner ini para warga binaan permasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Wirogunan Kota Jogja. Inilah yang tersaji dalam Bakpia Mbah Wiro 378.

Baru dua bulan  berjalan, bakpia ini sudah banyak penggemar. Terbukti produksi harian bisa mencapai 50 kotak bakpia. Setiap satu kotak berisikan 20 bakpia rasa kacang ijo.

“Latihan sekitar 6 bulanan, kesulitan selama ini tidak ada, masih lancar. Dulu sempat belajar diluar membuat bakpia tapi diperdalam disini,” jelas salah satu penghuni Dwi Wiranto ditemui di rumah produksi bakpia Lapas Wirogunan, Selasa (22/2).

Pria berusia 26 tahun ini mengaku senang bisa belajar membuat bakpia. Meski pada awalnya sedikit mengetahui cara membuat oleh-oleh khas Jogjakarta ini. Ilmu ini dia dalami saat sudah menjadi penghuni Lapas Wirogunan.

“Diluar belum ada usaha bakpia. Kedepan kalau sudah keluar, semoga saja disini dapat ilmu yang lebih banyak supaya bisa buat modal diluar,” katanya.

Pria yang dijerat Pasal 365 KUHP atau pencurian dengan kekerasan menjelaskan detil pembuatan bakpia. Diawali dengan perendaman kacang hijau selama semalam suntuk. Setelahnya dikukus pada pagi harinya dan dimasak dengan bumbu.

Isian kacang ijo ini kemudian dibungkus dengan kulit bakpia. Proses pemasakan berlangsung dari 3 sampai 4 jam. Tahapan akhir membungkus 20 bakpia dengan kotak Bakpia Mbah Wiro 378.

“Sementara ini baru rasa kacang ijo. Mau rasa lain tapi terkendala kewalahan karena permintaan. Produksi mulai dari jam 08.00 WIB sampai selesai. Satu kotak Rp. 20 ribu masih promo. Kalau tim isinya 6 orang,” ujarnya.

Kasi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Wirogunan Kota Jogja Wahid Kurniawan menuturkan segmen pasar masih terbatas. Hanya saja produksi tetap konsisten sesuai dengan permintaan. Seiring waktu permintaan bakpia ini terus bertambah.

Pasar tetap didominasi dari Jakarta. Mayoritas adalah pegawai dan keluarga Kemenkumham. Pemesanan melalui nomor gawai yang tercantum. Tepatnya yang terpampang di media sosial milik Lapas Kelas IIA Wirogunan Kota Jogja.

“Dijual ke Jakarta, kirim tamu dari luar kota. Penjualan sementara by contact dulu. Kalau online takutnya order tengah malam. Saat itu WBP kan harus istirahat,” katanya.

Wahid juga menceritakan awal mula prpduksi bakpia. Berawal dari iseng dan merespon kemampuan Dwi. Hingga akhirnya berkembang dengan beragam pelatihan. Produksi bakpia berlangsung secara intens pada akhir 2021.

Penamaan merk juga memiliki makna. Nama Mbah Wiro merupakan akronim dari penyebutan Lapas Wiorgunan. Sementara untuk angka 378 adalah salah satu pasal dalam KUHP.

“Karena kehidupan di penjara banyak pasal. Angka yang menarik 378 dan angka itu cenderung pakai angka. Harapannya Lapas Wirogunan jadi ikon lapas produksi bakpia khas Jogja. WBP setelah keluar bisa praktekan diluar untuk bekal hidup,” ujarnya.

Para WBP yang aktif produksi bakpia juga mendapatkan premi. Berupa upah sebesar Rp 300 ribu setiap akhir bulan. Nominal ini merupakan pembagian keuntungan atas penjualan bakpia.

Kedepannya, pihak Lapas Wirogunan akan menjalin kerjasama dengan sejumlah pihak. Terutama untuk menjadi sentra penjualan Bakpia Mbah Wiro 378. Termasuk ke sejumlah retail penjualan oleh-oleh khas Jogjakarta.

“Produksi hingga saat ini mungkin sudah 1.000 dus karena setiap Minggu beli 100 dus. Kalau beli tinggal hubungi nomor yang terpampang di instagram. Ini terbuka untuk masyarakat umum,” katanya. (dwi)

Jogja Raya