
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja Heroe Poerwadi (HP).(Winda Atika Ira P / Radar Jogja)
RADAR JOGJA – Kondisi peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di Kota Jogja, sudah hampir mendekati sama saat penyebaran varian Delta tahun lalu. Kenaikan ini diprediksi akan memuncak hingga akhir Februari. Kebijakan penyekatan pun akan ditindaklanjuti, untuk mendeteksi mobilitas warga.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja Heroe Poerwadi (HP) mengataka, jika dilihat secara grafik, peningkatan kasus yang terjadi saat ini memang sudah mendekati saat varian Delta. Dari jumlah kasusnya juga masih akan terjadi semakin tinggi. “Dan ini diprediksi sampai akhir Februari. Awal Maret itu puncaknya. Jadi masih akan terus berkembang,” katanya, kemarin (21/2).
Berdasarkan laporan harian Covid-19 Kota Jogja, kemarin penambahan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 249 kasus dengan total kasus aktif sebanyak 3.890 kasus. Diikuti pasien meninggal dua orang dan sembuh 122 orang.
Wakil Wali Kota Jogja itu menjelaskan kenaikan kasus juga dilihat dari bed occupancy rate (BOR) atau keterisian bed rumah sakit rujukan 50 persen.
Namun, di antara 60 persen diisi oleh pasien luar kota dan sisanga baru warga kota. Sementara untuk keterisian bed di selter Bener 30 persen, pun diisi kebanyakan ialah warga luar kota. “Peningkatan kasus memang sangat drastis, tapi 89 persen tanpa gejala,” ujarnya.
Dengan kondisi ini, pemkot turut menyikapi wacana pemprov untuk melakukan penyekatan jika lonjakan kasus Covid-19 masih terus terjadi. HP menyebut, DIJ dengan wilayah aglomerasi setiap kebijakan apapun dari provinsi maka akan ditindaklanjutinya secara serentak dengan kota dan kabupaten. “Pola penyekatannya seperti apa kita tunggu (arahan) dulu, yang jelas kalau nanti diterapkan kita akan lakukan penguatan agar mobilitas masyarakat bisa lebih terdeteksi,” jelasnya.
Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti (HS) menilai penyekatan di Kota Jogja cenderung lebih sederhana lantaran tak berbatasan langsung dengan daerah lain di luar DIJ. Hanya berbatasan dengan Sleman dan Bantul. Sehingga, relatif tidak ada masalah. “Kami akan koordniasi terus dengan provinsi, kalau Ngarsa Dalem (Gubernur DIJ) ingin ada penyekatan, kami akan tindak lanjuti dengan apa yang diperlukan,” katanya.
Menurutnya, dengan kebijakan penyekatan ini pemkot mencermati dan memahami apa yang menjadi kegalauan HB X dalam menghadapi situasi meluasnya virus korona. “Jadi tidak benar kalau Covid-19 ini tidak berbahaya, tetap berbahaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, selama ini upaya kota dengan penerapan one gate system menjadi salah satu cara untuk memfilter mobilitas masyarakat atau wisatawan. Seluruh rombongan perjalanan dari luar daerah diharuskan singgah di Terminal Giwangan untuk pemeriksaan syarat-syarat dokumen perjalanan seperti vaksinasi.
Di DIJ kasus terkonfirmasi positif Covid-19 kemarin (21/2) sebanyak 1.274 kasus. Sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 174.807 kasus. Wacana penyekatan di perbatasan oleh Pemprov DIJ untuk mengurangi mobilitas warga sebagai upaya menekan laju persebaran virus masih dilihat perkembangannya.
Menurut Gubernur DIJ Hamengku Buwono X adaptasi masyarakat dengan kenaikan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih susah karena terbiasa longgar. “Ya nanti kita lihat perkembangannya aja karena masyarakat ini pindah dari kebebasan (PPKM) level dua ke level tiga le bali rodo ngrekoso (mau diperketat lagi susah) gitu,” ujarnya.
HB X kembali mengingatkan faktor terpenting untuk menekan laju persebaran virus Covid-19 dengan menjalankan protokol kesehatan secara disiplin. “Yang penting protokol kesehatan sama pakai masker, kalau itu bisa dilalui kita kecenderungan (bisa) turun,” imbuhnya.
Sementara itu, Juru bicara Pemprov DIJ untuk penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih mengatakan mayoritas kasus masih didominasi warga Sleman. “Distribusi kasus terkonfirmasi Covid-19 didominasi 427 warga Sleman, 405 warga Kota Jogja, 274 warga Bantul, 105 warga Kulonprogo, dan 63 warga Gunungkidul,” ujarnya.
Sementara itu 388 kasus dinyatakan sembuh sehingga total kesembuhan menjadi 153.886 orang yang terdiri dari 225 warga Sleman, 91 warga Bantul, 58 warga Kota Jogja, tujuh warga Kulonprogo, dan tujuh warga Gunungkidul.”Penambahan kasus meninggal sebanyak lima kasus terdiri dari dua warga Kota Jogja, dua warga Sleman, dan satu warga Kulonprogo sehingga total kasus meninggal menjadi 5.316 kasus,” ujarnya. (cr4/wia/pra)