RADAR JOGJA – Karena masih pandemi Covid-19, perayaan Tahun Baru Imlek 2573 masih dilakukan secara sederhana di Kelenteng Fuk Ling Miau, Gondomanan, Senin (31/1). Sudah kali kedua ini tidak ada kemeriahan tradisi barongsai saat menyambut Kongzili atau tahun baru China tadi malam.

Ketua Pengurus Kelenteng Gondomanan Ang Ping Siang atau Angling Wijaya mengatakan, detik-detik pergantian Tahun Baru Imlek 1 Februari tepat pukul 00:00 tadi malam, tidak ada perayaan kemeriahan. Pertimbangannya karena masih situasi pandemi dan mencegah kerumunan massa.

“Ya, sudah dua tahun nggak ada barongsai. Cuma doa bersama dan mengucapkan Imlek supaya semua kesulitan bisa berlalu dengan mentaati aturan pemerintah,” katanya saat ditemui di kelenteng tadi malam.
Angling menjelaskan, perayaan barongsai sudah menjadi tradisi seni dan budaya di Kelenteng Gondomanan. Perayaan barongsai tidak wajib digelar, hanya sebagai periah momentum tahun baru China. Namun dengan tanpa keberadaan barongsai, tradisi yang rutin ada tiap tahun itu dinilai menjadi sepi. “Sementara ini prihatin dulu, yang penting mudah-mudahan kita bisa berbagi kebahagiaan dengan warga yang membutuhkan,” ujarnya.

Namun, selama dua tahun seiring pagebluk korona ini segala rangkaian kegiatan dipangkas agar tidak memicu terjadinya kerumunan dan ada sebaran virus. Sekalipun, kegiatan berbagi suka seperti membagikan sembako kepada warga yang membutuhkan dengan sasaran tukang becak, pengamen, tukang sampah, buruh gendong dan masih banyak lagi, juga ditiadakan tahun ini.
“Kalau bagi kami, biasa ngasih kupon kepada dua ribu orang. Kalau nggak bagi, itu rasanya kurang. Kalau kita bisa bagi, rasanya kepuasan lain,” jelasnya.

Adapun kegiatan ibadah masing-masing umat Tionghoa tadi malam dimulai pukul 19.00. Silih berganti mereka berdatangan, ada yang pukul 20.00 maupun pukul 21.00. Tak hanya warga Jogja, ada pula warga luar kota yang menyempatkan sembahyang di kelenteng yang sudah berdiri sejak 1854 silam.
Dalam ibadah, dinyalakan sekitar 500 lilin dari ukuran tiga sampai tiga ribu kati yang terbesar dikirim oleh para umat Buddha. “Jumlahnya terbatas kalau untuk yang doa bersama malam ada 50 orang. Sebagian besar umat di kelenteng ini sudah vaksin,” terangnya seraya menyebut sebanyak 16 altar dibuka untuk sembahyang.

Handoko, salah seorang jemaat yang hadir di Kelenteng Fuk Ling Miau berharap di Tahun Baru Imlek ini bangsa Indonesia segera terlepas dari pandemi Covid-19. Ia juga berdoa khusus agar Indonesia terhindar dari konflik, semakin erat persatuan dan kesatuan bangsa.

Imlek tahun 2022 ini adalah Shio Macan Air yang dikenal dengan pemberani dan sifat spontan mereka. Shio ini berada dalam situasi menantang yang membutuhkan keberanian untuk menghadapi. Energi macan bisa diartikan juga memberikan dorongan motivasi. “Mudah-mudahan dalam tahun macan segala kesulitan semua bisa teratasi. Bangsa Indonesia bisa hidup bahagia menuju NKRI,” tandasnya.

Rangkaian kegiatan Imlek sudah dimulai sejak satu minggu sebelumnya yaitu 26 Januari. Untuk momentum 1 Februari tepat Tahun Baru Imlek, ada rangkaian acara lain. Salah satunya sembahyang satu hari penuh digelar oleh pengurus kelenteng maupun umat lain pada 8 Februari. Selanjutnya, 15 Februari acara Cap Gomeh, serta ruwatan pada 21 Februari untuk menolak bala agar bisa terhindar dari segala kesulitan. (wia/cr3/laz)

Jogja Raya