RADAR JOGJA – Satu lagi destinasi menuai sorotan. Kali ini Bee Dyoti Hidden Cafe. Destinasi baru yang terletak di Puncak Bibis ini belum memiliki perizinan. Padahal, destinasi yang berdiri di atas lahan seluas satu hektare ini telah sebulan beroperasi. Letaknya pun berada di daerah rawan longsor.

”Perizinannya ternyata belum ada,” ungkap Ketua Komisi A DPRD Bantul Muhammad Agus Salim di sela melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Bee Dyoti Hidden Café, Selasa (11/1).

Rombongan Komisi A sengaja melakukan sidak di Bee Dyoti Hidden Cafe. Setelah wahana Ngopi In The Sky di Gunungkidul menuai pro kontra. Lantaran wahana yang menawarkan sensasi ngopi di ketinggian itu dianggap bisa membahayakan pengunjung. Komisi yang membidangi kebencanaan itu pun tak ingin ada destinasi di Bumi Projotamansari yang berpotensi membahayakan pengunjung.

Saat sidak, rombongan Komisi A diterima perwakilan manajemen Bee Dyoti Hidden Cafe. Juga, Lurah Bangunjiwo Pardja. Dari paparan Pardja, Komisi A mengetahui bahwa Pemerintah Kalurahan Bangunjiwo belum pernah ‘dikaruhke’. Bahkan, lurah pun tak mengetahui keberadaan Bee Dyoti Hidden Cafe di wilayahnya. ”Sehingga kami ingin manajemen menindaklanjuti perizinan secepatnya agar keberadaannya sesuai prosedur,” pintanya.

Bahkan politikus PKB ini juga memberi tenggat waktu hingga tiga bulan bagi manajemen untuk segera mengurus perizinan. Juga membenahi aspek keamanan lokasi. Jika tidak, Komisi A bakal meminta Satpol PP melakukan penutupan.

Permintaan itu bukan tanpa alasan. Sebab, Komisi A sempat menyusuri area Bee Dyoti Hidden Cafe. Hasilnya, antara lain, pagar pembatas kurang tinggi, sehingga bisa membahayakan anak-anak. “Kondisi tempat parkirnya juga menjorok ke bawah dan tanpa pembatas,” ungkapnya.

Lurah Bangunjiwo Pardja mengaku tak tahu-menahu perihal keberadaan Bee Dyoti Hidden Cafe di wilayahnya. Sebab, pemerintah kalurahan belum pernah ‘dikaruhke’. ”Harusnya dari awal ada sosialisasi. Dengan mengundang warga sekitar, Pak Dukuh, Pak Camat, Pak Kapolsek, dan Pak Danramil,” keluhnya.

Guna mendukung pemerintah, Pardja sebenarnya mendukung investasi di wilayahnya. Hanya, pelaku usaha juga harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Dengan mengikuti rambu-rambu perizinan. Apalagi, lokasi Bee Dyoti Hidden Cafe berada di Puncak Bibis.

Di peta wilayah kalurahan, Pardja menegaskan, Puncak Bibis dinyatakan sebagai daerah rawan bencana. Terutama longsor. ”Kalurahan Bangunjiwo juga telah berstatus sebagai desa tangguh bencana,” ingatnya.

Riyanto Dimas, perwakilan manajemen Bee Dyooti Hidden Cafe berdalih proses perizinannya langsung ke kementerian. ”Kita, perizinan disarankan untuk langsung ke desa,” kelitnya.

Riyanto juga beralasan telah melakukan audiensi dengan Abdul Halim Muslih-Joko B Purnomo. Mereka mengapresiasi sekaligus berpesan agar Puncak Bibis menjadi pusat rekreasi, selain Kapanewon Dlingo.

Dari pantauan, Bee Dyoti Hidden Cafe dibuka pertengahan Desember tahun lalu. Wakil Bupati Bantul Joko B Purnomo yang membukanya. (zam/laz)

Jogja Raya