
KELOMPOK RENTAN: Seorang pengendara sepeda motor melintas di depan kantor Komisi Penanggulangan AIDS Bantul, (16/8).(SITI FATIMAH/RADAR JOGJA )
RADAR JOGJA – Setidaknya terdapat sekitar 1.200 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bumi Projotamansari. Kendati rentan terhadap paparan Covid-19, mereka tidak termasuk dalam kelompok yang diprioritaskan.
“Kami tetap berusaha mengupayakan vaksin untuk membantu teman-teman (ODHA, Red). Kami bekerjasama dengan pelayanan yang ada,” beber Koordinator Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Bantul Aini kepada Radar Jogja Senin (16/8).
Aini sebenarnya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul. Namun koordinasi itu disebutnya belum menghasilkan keputusan. “Kalau jadi prioritas tidak,” ujarnya.
Oleh sebab itu, KDS bergerak dengan menjalin koordinasi bersama beberapa pihak. Sebagai langkah tidak jelasnya distribusi vaksin bagi ODHA. “Kami baru mendata, tapi saya juga sudah berkoordinasi dengan puskesmas setempat. Ketika ada ODHA yang bisa divaksin. Sudah ada beberapa layanan yang merespons,” sebutnya.
Kendati tidak memiliki data jumlah pasti, Aini menyebut beberapa ODHA di Bantul telah menjalani vaksinasi Covid-19. Salah satu puskesmas penyalur antiretroviral (ARV), obat yang direkomendasikan untuk orang yang terinversi HIV, berperan banyak dalam pelaksanaanya.
“Kami mencari mana yang berpeluang agar teman-teman cepat mendapat vaksin. Kalau di puskesmas ada kuota, teman ODHA bisa vaksin, saya ajukan sebagian ke sana,” ujarnya.
Diungkap, sekitar 1.200 ODHA tinggal di Bantul. Mereka terdiri atas berbagai usia, bahkan ada remaja usia 12 tahun, sehingga masuk dalam kategori layak vaksin. Beberapa di antaranya pun ada yang terpapar Covid-19. Kendati Aini juga belum dapat memastikan jumlahnya berapa.
ODHA yang terpapar Covid-19 pun menjalani treatment yang sama dengan pasien Covid-19 pada umumnya. “Sama, harus mengantre lama juga, untuk bisa mereka mendapat tempat perawatan. Dari sejak positif, terkonfirmasi, kemudian mendapat pelayanan setempat. Harus antre juga. Tidak ada prioritas,” paparnya.
Namun tidak semua ODHA mengalami gejala berat saat terpapar Covid-19 sampai harus dirawat di RS. Sebagian ODHA yang terpapar juga menjalani isolasi mandiri (isoman). “Gejala beda-beda, tergantung kondisi. Kalau bergejala berat, kami rujuk ke RS. Kalau ringan hanya isoman dengan pemantauan petugas puskesmas setempat,” jelasnya.
Rekan sesama ODHA berperan penting dalam mendukung kesembuhan. Sebab distribusi ARV bagi ODHA yang menjalani isoman dilakukan oleh pendukung sebaya. “Ketika isoman terkait perobatan ARV ditolong oleh teman pendukung sebaya. Biasanya diakseskan terus diantar ke rumahnya,” ucap Aini.
Juru Bicara Pengelolaan Vaksin Covid-19 Bantul Dokter Abednego Dani Nugroho membenarkan, ODHA belum jadi kelompok prioritas vaksinasi. Sebab, Pemprov DIJ belum menetapkannya. “Karena berbagai pertimbangan. Apalagi kami tidak tahu kekebalan ODHA pada saat divaksin,” tandasnya. (fat/laz)