
SEMPROT DULU: petugas menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Alun-Alun selatan, Jogja, kemarin (8/8). penyemprotan yang dilaksanakan Tim Velox Badan Intelijen Negara (BIN) itu sebagai salah satu upaya penanganan Covid-19. (GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Rencana penggunaan Hotel Mutiara sebagai tempat isolasi terpusat (isoter) Covid-19 di Jogjakarta terus dimatangkan. Pemprov DIJ tengah melakukan sejumlah perbaikan pada beberapa bagian hotel agar nanti siap untuk digunakan sebagai isoter.
Sekretaris Provinsi (Sekprov) DIJ Kadarmanta Baskara Aji mengungkapkan, salah satu fasilitas tambahan yang disiapkan adalah ruang penyaring udara di dalam gedung. Dalam ruangan khusus itu terdapat sebuah alat yang bekerja dengan menangkap udara kotor dan menyaring partikel berbahaya dari kamar pasien. Sehingga sirkulasi udara dipastikan tidak keluar bangunan, tetapi masuk ke dalam alat penyaringan.
Langkah ini untuk memastikan agar virus korona tidak menyebar ke luar bagunan. Pasalnya, bangunan itu berada di kawasan padat penduduk. “Ada satu tempat yang fungsinya memfilter udara dari semua kamar yang ada di sana,” terang Aji.
Dikatakan, pemprov juga telah meminta PLN untuk menyambung kembali aliran listrik di eks Hotel Mutiara itu. Sedangkan upaya lain meliputi perbaikan lift hingga melepas karpet di lantai. Hal ini lantaran droplet atau cipratan air liur manusia bisa menempel di permukaan berbahan lembut seperti karpet.
Adapun opsi lain adalah dengan memasang pelapis lantai sintetis yang dibuat dari bahan polyvinyl chloride agar mudah dibersihkan dari droplet. “Jadi karpetnya kita lepasin. Atau pilihan lainnya diberi vinyl di atas karpet,” paparnya.
Sebelumnya Kementerian PUPR menargetkan agar segala upaya persiapan dapat diselesaikan selama delapan hari. Namun karena pemprov menginginkan adanya ruang penyaringan udara, jadwal operasional isoter diperkirakan bakal mundur dari target.
“Targetnya delapan hari selesai, tapi itu tanpa tempat pembuangan udara. Persoalan mundur tidak masalah. Toh kita masih punya banyak tempat. Pekan depan mudah-mudahan sudah bisa operasional,” terang Aji.
Ia menjelaskan, untuk pendanaan perbaikan bangunan dilakukan oleh Kementerian PUPR. Sedangkan Pemprov DIJ hanya menanggung biaya operasional saat selter telah beroperasi. Isoter ini diharapkan dapat menampung pasien Covid-19 di DIJ yang masih tergolong tinggi.
Terlebih, sebagian besar pasien di wilayah mayoritas memilih untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. “Di DIJ tercatat 34. 863 pasien Covid-19 yang isoman di rumah,” tandasnya.
Sementara itu kasus positif Covid-19 di DIJ masih terus bertambah. Namun penambahannya bisa dikatakan tidak sebanyak pekan-pekan sebelumnya. Kemarin (8/8), penambahan kasus positif Covid-19 di DIJ mencapai 1.194 kasus.
Kasus sembuh, menurut data yang dikeluarkan kemarin (8/8) justru lebih banyak ketimbang mereka yang terkonfirmasi positif. “Penambahan yang sembuh ada 2.090 kasus, total sembuh di DIJ menjadi 89.730 kasus,” jelas Kepala Bagian Humas Pemprov DIJ Ditya Nanaryo Aji.
Penerapan PPKM Diklaim Efektif
Efektivitas kebijakan PPKM Level 4 mulai terasa. Terutama dari segi pasien Covid-19 yang dirawat di dua lokasi isolasi terpusat (isoter) yang dikelola Pemkot Jogja, ada kecenderungan mengalami penurunan.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, Dinas Kesehatan Kota Jogja Okto Heru Santosa mengatakan, jumlah penghuni selter jauh berkurang signifikan dibanding pekan lalu. Di Selter Tegalrejo tinggal 24 pasien yang dirawat, dibanding pekan lalu mencapai 64 pasien. Begitu juga Selter Gemawang yang saat ini merawat empat pasien. “Bisa karena PPKM Darurat itu efektif,” katanya (6/8).
Okto menjelaskan, tren penurunan itu jika dibandingkan pada Juni dan Juli cukup signifikan, seiring memuncaknya kasus positif di DIJ imbas Lebaran dan libur panjang. Penurunan pasien di dua selter itu disebabkan beberapa faktor. Selain diklaim keberhasilan penerapan PPKM, bisa jadi juga menurunnya interaksi sosial antarmasyarakat.
“Selain itu juga langkah penambahan selter isolasi terpusat, dan penambahan selter dari kelompok masyarakat secara mandiri. Ini sebagai upaya percepatan penanganan pasien,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan isolasi terpadu itu merupakan kerja sama langsung dengan rumah sakit sebagai upaya penanganan yang lebih cepat. “Misalnya seperti rumah sakit itu ada pasien yang sudah dirawat kondisinya membaik, tidak perlu ditunggu sembuh total, tapi langsung kirim ke isoter. Jadi bednya yang kosong bisa dipakai pasien gawat lagi,” jelasnya.
Sejauh ini tidak ada pasien saat dirawat di isolasi terpusat mengalami kondisi lebih buruk. Rata-rata pasien dalam kondisi membaik dan selesai isolasi. Sekalipun ada, tetapi sangat jarang. Sebab, begitu ada pasien yang membutuhkan perhatian lantaran kondisi kesehatannya menurun, langsung tertangani oleh tim dari PSC 119 Yes Kota Jogja.
Kebanyakan yang kondisinya menurun adalah lansia yang memiliki komorbit. “Begitu ada slot ambulans kosong, langsung ke sini diperiksa. Awal no kontak dulu hanya cek suhu, sama keluhan terus video call. Tapi kalau yang bener-bener butuh harus datang, akan kami cek saturasi biasa, cek stetoskop dan harus ada sentuhan nanti. Setelah itu, mereka menilai lewat video call dari PSC atau dari saya,” tambahnya.
Selain itu, Pemkot Jogja juga telah mengkonversi penambahan tempat tidur di rumah sakit untuk upaya penanganan. Jika aturan sebelumnya 30 persen, sekarang ditingkatkan setidaknya 50 persen dari total kapasitas bed yang ada bisa dikonversi untuk ICU.
Ini sebagai antisipasi di mana muncul lagi kenaikan kasus. Meski saat ini disebut bahwa kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Jogja dalam pekan ini menunjukkan kecenderungan penurunan. “Semoga terus turun, tidak naik lagi fluktuatif,” tandasnya. (kur/wia/laz)