
KAPASITAS: Peningkatan angka kasus sejak pertengahan Juni 2021, membuat kapasitas ruang isolasi terus terkuras. Imbasnya tidak sedikit pasien yang belum mendapatkan tindakan medis secara ideal. Sehingga pilihannya melakukan isolasi mandiri di kediamannya masing-masing. (DWI AGUS/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Kepala Seksi Registrasi Lisensi dan Mutu Pelayanan Dinkes Sleman, Tunggul Birowo menuturkan pendirian rumah sakit darurat Covid-19 melalui kajian matang. Berawal dari laporan dari setiap rumah sakit rujukan Covid-19. Bahwa kapasitas ruang isolasi kritikal dan non kritikal semakin menipis.
Peningkatan angka kasus sejak pertengahan Juni 2021, membuat kapasitas ruang isolasi terus terkuras. Imbasnya tidak sedikit pasien yang belum mendapatkan tindakan medis secara ideal. Sehingga pilihannya melakukan isolasi mandiri di kediamannya masing-masing.
“Laporan yang masuk ke Kadinkes (Joko Hastaryo), tempat perawatan penuh semua. Kami sempat hubungi RS di Klaten dan Magelang ternyata juga penuh. Akhirnya melakukan pendekatan kepada calon rumah sakit Medika Respati untuk menjadikan bangunan sebagai RS Darurat Covid-19,” jelasnya ditemui usai meninjau lokasi, Sabtu (3/7).
Untuk kapasitas awal, calon RS Darurat Covid-19 ini mampu menampung 50 pasien. Skenario kedua, rumah sakit ini disiapkan 100 bed. Sementara kapasitas total bisa mencapai 200 pasien.
Dukungan fasilitas mengandalkan bantuan dari RSUD Sleman. Berupa kiriman 38 bed bagi pasien. Sementara sisanya, 12 bed akan dibeli dengan dana tak terduga.
“Ini 50 bed dulu karena Respati tidak menyedikan sarana didalamnya kecuali fasilitas gedung. Untuk bed kami ambil dari RSUD Sleman yang masih layak diperbaiki lalu digunakan kembali,” katanya.
Terkait kebutuhan sumber daya manusia, pihaknya akan membuka rekrutmen. Guna menunjang pelayanan kesehatan, RS Darurat Covid-19 membutuhkan setidaknya 5 dokter umum, 24 perawat, 5 bidan, 1 apoteker dan 4 tenaga pendukung.
Kebutuhan ini berlomba dengan target aktivasi. Pemkab Sleman sendiri menargetkan rumah sakit di Kalurahan Maguwoharjo, Kapanewon Depok Sleman ini beroperasi 12 Juni 2021. Guna menampung pasien dengan gejala sedang.
“Iya targetnya 12 Juli. Lalu pasiennya diutamakan gejala sedang dengan sesak nafas dan bantuan oksigen. Kalau (pasien) di shelter ada gejala maka bisa rujuk ke RS darurat ini. Nantinya 1 tabung oksigen untuk 1 bed,” ujarnya.
Sama halnya dengan fasilitas pelayanan kesehatan Covid-19, RS Darurat Covid-19 tidak memungut biaya dari pasien. Dinkes Sleman, lanjutnya, telah berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan. Guna validasi calon RS Medika Respati menjadi rumah sakit darurat Covid-19.
“Tidak ada biaya alias gratis, nanti jadi tanggungan kami dan klaim ke Kemenkes melalui rumah sakit pengampu RSUD Prambanan. Sebelumnya, nanti dari BPJS Kesehatan akan lakukan layanan penilaian,” katanya.
Calon Kepala RS Darurat Covid-19 Medika Respati ini memastikan kondisi bed di Sleman memasuki fase darurat. Dengan pertambahan rata-rata diatas 200 kasus perharinya, berimbas pada ketersediaan tempat tidur kritikal maupun non kritikal. Alhasil pasien dengan terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah.
“BOR (bed occupancy rate) dari informasi di rumah sakit sekarang sudah 90 persen. Sardjito sudah buka tenda di depan UGD. Kami tidak bisa memaksa, karena memang kondisinya sudah penuh. Dirumah kalau bisa pakai oksigen InsyaAllah aman,” ujarnya.(dwi/sky)