RADAR JOGJA – Terminal Giwangan Jogja sepi penumpang sejak hari pertama larangan mudik. Aktivitas keramaian pemudik seperti tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 di terminal tidak terlihat, kemarin (6/5).

Pantauan Radar Jogja di lokasi, tidak terlihat adanya antrean loket pembelian tiket. Area terminal pun hanya terlihat beberapa bus bisa dihitung jari yang terparkir menunggu penumpang. Selebihnya, bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) hanya terparkir lantaran tidak ada izin jalan dengan pembuktian stiker dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Koordinator Satuan Pengelola Terminal Giwangan Jogja, Bekti Zunanta mengatakan selama larangan mudik 6-17 Mei, hanya armada bus AKAP yang bertanda stiker dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat saja yang bisa melakukan perjalanan. Itu pun hanya untuk mengangkut penumpang non mudik atau perjalanan mendesak seperti perjalanan dinas, serta penumpang PNS, TNI, Polri, maupun tenaga kerja lainnya.

“Kalau nggak ada stiker surat-surat kami tahan, ada KIR dan KPS (kartu pengawasan) atau trayek. Dan (kalau nggak berstiker) kami suruh keluar. Kalau nggak mau ya tunggu disini (terminal),” katanya ditemui Terminal Giwangan kemarin.

Bekti menjelaskan di Terminal Giwangan ada 13 armada bus AKAP yang bertanda stiker per kemarin. Mereka, secara mandiri dari PO bus mendaftarkan ke pusat untuk mendapatkan bukti izin perjalanan. Diantaranya bus Efisiensi Jogja-Purwokerto enam unit, baru tiga unit bus yang melakukan perjalanan. Bus Sugeng Rahayu Jogja-Surabaya sebanyak 15 unit, baru enam bus yang jalan. Dan bus Eka ada 12 unit, baru 5 bus yang jalan.

“Jadi kami mulai jam sembilan tadi yang tidak berstiker kami suruh pulang, karena takutnya nanti membawa penumpang dari terminal Giwangan,” ujarnya.
Menurutnya, sebelum mulai penyekatan di pos-pos perbatasan pukul 09.00 masih banyak bus AKAP tanpa stiker masuk ke terminal. Namun, setelah dimulai penyekatan pihaknya melarang bus AKAP tersebut masuk terminal tanpa bertanda stiker. Sekitar 20 bus dihalau putar balik dikhawatirkan membawa penumpang dari terminal karena tidak berstiker.

Akibatnya, ada empat bus AKAP yang tertahan di terminal karena keberatan pulang balik ke daerah asalnya. “Tadi ada sekitar empat bus yang datang nggak berstiker akhirnya mereka parkir saja. Karena kalau kembali ke Purwokerto berat diongkos dan solar, dananya nggak cukup akhirnya kami parkirkan di dalam,” jelasnya.

Pun armada bus antar kota dalam provinsi (Akdp) dan perkotaan masih bisa tetap bisa beroperasi. Hanya, karena bus AKDP berhenti penuh aktivitasnya selama 6-17 Mei yang tanpa stiker. Maupun, yang berstiker tetapi sepi penumpang. Alhasil AKDP turut terdampak sepi penumpang. ”Akibatnya ikut tertahan di dalam terminal,” jelasnya.

Biasanya selama pandemi rata-rata bus AKAP hanya sekitar 400 bus yang jalan, dan 500 untuk AKDP dalam sehari. Dengan larangan mudik ini, bus AKDP hanya sekitar 100 armada yang jalan. ”Itu pun hanya datang tidak berangkat,” jelasnya

Seorang sopir bus AKAP Jogja-Puwokerto, Supardi mengatakan meski bus yang dikendarainya bisa melakukan perjalanan karena bertanda stiker, sepanjang perjalanan sama sekali tidak membawa penumpang. Selama perjalanan pun diklaim lancar tidak ada hambatan kemacetan seperti halnya aktivitas mudik tahun-tahun sebelum pandemi. “Kosong blong nggak ada penumpang, lancar jalannya. Dari Purwokerto kosong, biasanya (selama pandemi) bisa membawa 4 sampai 5 penumpang,” katanya. (wia/bah)

Jogja Raya