RADAR JOGJA- Proses belajar mengajar tatap muka di DIJ ditargetkan akan berlangsung mulai Juli atau awal semester kedua tahun ajaran 2020/2021 yang diawali dengan uji coba terhadap 10 sekolah di jenjang SMA dan SMK.

Sebanyak 10 sekolah yang dipilih menjadi model percobaan itu meliputi SMA N 9 Jogjakarta , SMA N 1 Pajangan Bantul, SMA N 1 Gamping Sleman, SMA N 1 Sentolo Kulonprogo, SMK N 1 Bantul, SMA N 2 Playen Gunungkidul, SMK N 1 Wonosari Gunungkidul, SMK N 1 Pengasih Kulonprogo, SMK N 1 Depok Sleman, dan SMK N 1 Jogjakarta.

Kepala Disdikpora DIJ Didik Wardaya menjelaskan, seluruh sekolah tersebut sebelumnya telah ditunjuk Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIJ sebagai percontohan pembelajaran tatap muka di masa pandemi dan sedianya menggelar simulasi pada 12 dan 25 Januari 2021 lalu.

Namun, dengan adanya kebijakan Pemberlakuan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM), membuat simulasi belum bisa terlaksana.

“Sebenarnya dari sisi persiapan, semua sekolah itu sudah siap, tetapi tergantung situasi dan status zona lingkungan di masing-masing sekolah itu ya. Terus kita juga sudah siapkan 10 sekolah untuk percontohan sekolah tatap muka, kemarin sudah melakukan simulasi, tapi terus dibatalkan karena PTKM,” katanya Rabu (3/3).

Uji coba  rencananya berlangsung selama dua hingga tiga minggu terhitung sejak dimulainya pembelajaran tatap muka. Pasca uji coba selesai, Disdikpora akan melakukan evaluasi untuk menentukan apakah sistem ini layak untuk diterapkan kepada sekolah lain, termasuk untuk jenjang di bawahnya, TK hingga SMP.

Menurut Didik, apabila nanti pembelajaran tatap muka jadi diberlakukan, satuan pendidikan tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Kegiatan belajar mengajar menurutnya juga tidak langsung diikuti seluruh siswa.

“Pembelajaran tatap muka tetap menerapkan protokol kesehatan. Walaupun sudah divaksin prokes harus jalan terus. Bisa jadi sementara ini masuknya belum bisa full. Misalnya siswa masuk seminggu dua kali atau tiga kali. Mungkin waktu pembelajaran juga dibuat terbatas,” katanya.

Didik mencontohkan, awalnya siswa masuk tiga jam. Dan ada dua shift pembelajaran, jam 7-10, dan jam 9-12. Itu yang menurutnya mungkin dilakukan di tahap awal guna mengurangi kerumunan siswa.

“Itupun nanti per harinya maksimal siswa baru 50 persen dari total siswa di masing-masing sekolah,” jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan vaksinasi COVID-19 kepada guru selesai pada Juni 2021. Ini agar kegiatan belajar mengajar tatap muka bisa mulai dilakukan bulan Juli atau awal semester kedua tahun ajaran 2020/2021. (sky)

Jogja Raya