JOGJA – Pengembangan pariwisata di DIJ harus peka dengan pasar. Pembuatan destinasi-destinasi wisata baru harus berdasarkan riset pasar yang jelas. Jika tidak, dikhawatirkan akan mangkrak dan ditinggalkan wisatawan.

Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM Desta Titirahardja mengatakan, selama ini belum banyak riset pasar yang dibuat untuk menjaring wisatawan. Jika pun ada kebanyakan masih berbasis kepada wisatawan lokal dan belum banyak menjaring wisatawan mancanegara (wisman). “Belum untuk go international,” ujar Desta JUmat (26/2).

Menurut dia, Pemprov DIJ maupuan pemkab-pemkab dan Pemkot Jogja harus jelas orientasinya untuk pariwisata. Yakni, mau dibawa ke mana, target, dan pembuatan program berkelanjutan.

Desta berpesan jangan aji mumpung. Seperti di Goa Pindul atau Kali Biru. Yakni wisatawan harus mengantre seharian. “Tourism itu imej. Jika sudah tidak berkesan tidak akan datang lagi,” tuturnya.

Persoalan transportasi juga harus dibenahi. Dia mencontohkan seperti untuk wisata ke Kaliurang maupun Merapi. Hingga saat ini belum tersedia angkutan umum. Seperti halnya bus atau colt seperti dulu. Saat ini wisatawan harus mencarter kendaraan. “Tidak semua wisatawan punya uang untuk mencarter mobil,” ungkapnya.

Kepala Bidang Perekonomian Bappeda DIJ Sugeng Purwanto menambahkan, pemerintah pusat sudah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia. Salah satunya adalah Candi Borobudur yang terletak di Magelang. Untuk itu DIJ juga akan mengambil momentum tersebut. “Salah satu yang akan dikerjakan link and match dengan pegunungan Menoreh di Kulonprogo,” tuturnya.

Sugeng mengatakan pada 2025 nanti pariwisata DIJ harus menjadi wisata terkemuka di Asia Tenggara. Menurut dia, DIJ seharusnya sudah tidak lagi bersaing dengan Bali, Jawa Barat atau Kepulauan Riau, tapi bersaing dengan Singapura, Bangkok atau Kuala Lumpur. Bandara baru NYIA, disebutnya juga menjadi pintu masuk wisatawan ke DIJ.

Menurut Sugeng beberapa keunggulan pariwisata DIJ yang bisa ditonjolkan seperti wisata budaya, alam maupun minat khusus. DIJ juga memiliki kelebihan karena lingkungan keamanan, sosial dan politik stabil, unik, biaya hidup murah, destinasi yang beragam dan berdekatan, aksebilitas mudah. “Yang juga patut menjadi perhatian karena keramahan penduduknya, itu yang harus dijaga,” sebutnya. (pra/din/ong)

Jogja Raya