RADAR JOGJA – Keraton Jogjakarta membagikan 2.700 rengginang. Sebagai simbol berbagi dalam merayakan Idul Fitri atau Grebeg Syawal. Sebab kudapan ini berbahan dasar nasi. Sehingga keberadaannya, cukup untuk menggantikan gunungan. Pada tahun ini, tidak ada arak-arakan prajurit yang membawa gunungan. Grebeg  diganti pembagian rengginang.

Mantu Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, KPH Purbodiningrat menjelaskan, rengginang merupakan inti dari tradisi gunungan. Sebab penganan ini merupakan uba rampe wajib dalam tradisi gunungan. “Ini (rengginang, Red) jadi inti, bagian dari keraton yang dikirimkan ke masyarakat. Karena berbahan dasar dari nasi,” tegasnya, diwawancarai sela pengiriman rengginang Keraton Jogja kemarin (3/5).

Pembagian uba rampe sebagai sedekah ini, rutin dilakukan pada 2 Syawal atau Lebaran hari kedua. Tiga lokasi tempat pembagian rengginang ini adalah Keraton Jogjakarta dan Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, serta Kepatihan. Biasanya, Masjid Gedhe jadi lokasi warga merayah berkah yang diberikan Sri Sultan HB. Namun, pandemi Covid-19 membuat gelarannya belum dapat dilangsungkan.“Meski jumlah kasus Covid-19 DIJ relatif melandai, kami memilih untuk tetap menggelar pembagian uba rampe Gunungan Syawal secara terbatas,” tuturnya.

Keraton Jogjakarta juga menggelar acara ngabekten secara terbatas. Ngabekten merupakan tradisi sungkeman yang digelar di Keraton Jogja. Ngabekten digelar dalam dua tahap yakni, ngabekten kakung dan ngabekten putri. Masing-masing satu hari, diawali dengan kakung.

Dalam kondisi biasa, ngabekten dilakukan dengan ngaras jengku (mencium lutut Ngarsa Dalem) sebagai bentuk tanda bakti dan penghormatan. Berkaitan dengan situasi dan kondisi pandemi, prosesi ngabekten kali ini dilakukan dengan lampah dodok dan menghaturkan sembah kepada Ngarsa Dalem dari jarak satu meter. “Semua melaksanakan prosedur Covid-19 dan swab antigen sebelum ngabekten pada Ngarsa Dalem (HB X, Red). Dilakukan dengan tetap memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas,” lontarnya.

Ngabekten kakung akan diikuti bupati/walikota dan para wakilnya, termasuk para kanjeng dengan jumlah total 80 orang. Selain itu juga diikuti para penghageng, wakil penghageng, carik (sekretaris), dan hartakan (bendahara) dari masing-masing tepas sebanyak lima orang perwakilan. “Serta beberapa perwakilan sentana (kerabat) kakung,” tandasnya. (fat/din)

Nusantara