RADAR JOGJA – Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong menuturkan Presidensi 2022 menjadi momentum penting bagi Indonesia. Guna menumbuhkan optimisme dan bertindak konkret untuk mendorong pemulihan global.
Presidensi 2022 yang berlangsung hingga Oktober 2022, lanjutnya, menjadi bukti kesiapan Indonesia. Khususnya dalam menyelenggarakan berbagai pertemuan tingkat tinggi meski dalam situasi pandemi Covid-19. Dengan mengusung tema Recover Together, Recover Stronger sebagai semangat Indonesia menghadapi berbagai tantangan.
“Prinsip gas dan rem yang diterapkan pemerintah terbukti sangat baik mengendalikan pandemi Covid-19, demikian juga kebijakan PPKM sangat sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini, yang dapat memulihkan kesehatan juga roda ekonomi kembali berputar,” jelas Usman saat pressconference secara Virtual, Sabtu (4/12).
Usman menjelaskan salah satu hal penting yang akan dibahas adalah Global Health Architecture. Presiden Jokowi ingin mengajak dunia ciptakan arsitektur kesehatan global yang inklusif. Merata bagi semua negara, baik negara maju, berkembang dan negara lainnya.
Dalam pertemuan tingkat internasional ini juga akan membicarakan transisi ekonomi digital. Termasuk membahas tentang transisi energi. Tepatnya dari fosil menjadi energi baru dan terbarukan yang berkelanjutan.
“Intinya dengan menjadi Presidensi 2022, kita optimis tahun depan bisa lebih baik lagi dalam penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Syaratnya tetap menjaga protokol kesehatan, segera vaksinasi bagi yang belum, khususnya di saat Indonesia berada dalam ancaman varian baru Omicron,” katanya.
Usman menambahkan, Presiden Jokowi mengingatkan agar G20 jangan hanya jadi ajang diskusi tanpa hasil yang konkret. Memasuki tahun 2022, salah satu fokus menekankan pentingnya optimisme. Dengan berkeyakinan bahwa ekonomi dan kesehatan dapat pulih secara berdampingan.
“Ini harus dipahami, dan akan kami gaungkan apa yang disampaikan Presiden, ke dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi memastikan pihaknya mendukung Presidensi 2022. Salah satu upaya adalah vaksinasi selesai pada Maret 2022. Tujuannya agar herd imunity terbentuk maksimal saat G20 berlangsung.
Capaian vaksinasi dosis pertama, lanjutnya, ditargetkan 80 persen saat Desember 2021. Selanjutnya untuk dosis kedua mencapai 60 persen dibulan yang sama. Sehingga target capaian total 100 persen terwujud Maret 2022.
“Tetap mengimbau agar masyarakat segera melengkapi vaksinasi agar kekebalan komunal segera terbentuk. Saat ini Amerika Serikat dan Uni Eropa mengkategorikan Indonesia sebagai negara yang aman dikunjungi. Tidak ada imbauan pelarangan dari negara mereka,” katanya.
Munculnya varian Omicron menjadi catatan tersendiri. Cara utama pencegahan adalah dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu juga mempercepat vaksinasi, membatasi mobilitas dan penguatan 3T.
Langkah antisipasi dan penanganan tak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah. Menurutnya masyarakat memiliki peran yang sama. Terlebih dalam mengantisipasi di lingkungan rumahnya masing-masing.
“Dengan Presidensi G20 2022 kita tunjukan bagaimana Indonesia bisa bekerja dengan baik. Kalau bisa, Indonesia menjadi negara pertama yang keluar dari situasi pandemi. Ini butuh kerja sama semua pihak, termasuk masyarakat,” ajaknya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyampaikan posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 adalah sebuah kesempatan besar. Untuk menyampaikan dan menampilkan potensi dan kemampuan Indonesia ke dunia global. Juga melakukan banyak hal untuk dalam negeri maupun bagi dunia.
Piter menambahkan Indonesia juga berkesempatan mengusulkan isu-isu yang sangat relevan. Tidak hanya isu yang bermanfaat bagi Indonesia, namun juga global. Seperti isu terkait arsitektur kesehatan global yang masih sangat tertinggal dibandingkan arsitektur keuangan global.
“Bila ada krisis ekonomi di suatu negara, sudah ada lembaga IMF dan Bank Dunia. Sedangkan untuk masalah kesehatan, kita tidak punya protokol kesehatan global. Indonesia bisa menginisiasi, meskipun jujur tantangan akan sangat berat karena isu kesehatan global memang tidak mudah,” katanya. (*/sky/dwi)