RADAR JOGJA – Ridwan Kamil menjawab potensi pencalonan dirinya dalam Pemilu 2024 melalui lukisan. Dalam goresan lukisan on the spot di Jogja National Museum (JNM), Ridwan Kamil menghadirkan beragam warna. Mulai dari dominasi warna hijau, lalu menyusul warna biru, warna kuning di sisi belakang dan goresan tipis warna merah di sisi atas.

Secara tersirat Gubernur Jawa Barat ini memberikan petunjuk kepada partai politik apa akan berlabuh. Hanya saja Ridwan Kamil enggan menyebutkan secara gamblang. Meski tetap menganalogikan tempat berlabuh melalui isyarat warna.

“Independen tidak mungkin di level nasional. Istiqoroh tahun depan masuk partai mohon doanya. Saya orang kreatif, apapun takdir Tuhan, tetap mencipta karya dan menjalani perjalanan hidup. Kalau lukisan ini dominan hijau, sedikit merah,” jelasnya ditemui di JNM, Rabu (1/12).

Dalam beberapa survey capres 2024, nama Ridwan Kamil sempat mencuat. Sempat bersanding dengan nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan hingga Puan Maharani. Bahkan dalam beberapa survey juga sempat menduduki posisi teratas.

Riwan Kamil menilai survey tersebut adalah wujud apresiasi. Terutama menghargai kinerja selama menjabat sebagai pemimpin daerah. Baginya seorang pemimpin hanya fokus pada kerja yang serius.

“Pemimpin itu kerja fokus kerja serius. Dalam kerja ada elektoral, saya meyakini warga menghargai kita karena kerjanya. Tidak usah banyak pencitraan, fokus saja kerja” katanya.

Disatu sisi Ridwan Kamil juga tak ingin berbicara terlalu jauh. Baginya berbicara survey politik Pemilu 2024 masih terlalu jauh. Terlebih saat ini belum ada pasangan untuk maju di ajang Pilpres 2024.

“Cocoknya, relevannya itu berpasangan. Itu realistis karena kontestasi bukan individu tapi berpasangan,” ujarnya.

Disinggung tentang pasangan, Ridwan Kamil kembali menjawab. Baginya dalam pertarungan politik ibarat perjodohan Siti Nurbaya. Dia mencontohkan pertarungannya dalam dua kali Pilkada. Seluruhnya berawal dari perjodohan tidak saling mengenal.

Peran perjodohan berada di tangan partai politik dan koalisi. Sosok yang dijodohkan menurutnya hanya bisa pasrah. Masalah klop dengan pasangan, bisa berlanjut setelah perjodohan selesai.

“Dua kali pelajaran pilkda, pengantin itu Siti Nurbaya semua. Jadi dijodohkan tidak bisa memilih pasangan siapa. Manut karena perjodohan karena situasi. Setelah dijodohkan nikah di KUA, setelahnya baru belajar mencintai,” katanya.

Disinggung perjodohan terkait warna, Ridwal Kamil kembali enggan menjawab. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada partai politik. Ditambah lagi koalisi partai politik dalam kontestasi Pemilu 2024.

“Karena yang atur jodoh di politik bukan pengantinnya tapi koalisi. Apakah warna vertikal lalu horizontal, saya enggak bisa jawab. Cuma kalau dijodohkan maka belajar saling mencintai. Tidak masalah posisi di nomor 1 atau 2, yang penting rakyat lebih sejahtera dan Indoensia lebih maju,” ujarnya. (dwi)

Nusantara