
CAGAR BUDAYA: Warga beraktivitas di kompleks Masjid Pathok Negoro, Mlangi, Gamping, Sleman. Warga setempat berharap trase tol SoloJogja-YIA tidak melewati Mlangi karena merupakan kawasan cagar budaya strategis Masjid Pathok Negoro.(GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)
RADAR JOGJA – Warga Mlangi, Gamping, Sleman, yang dusunnya akan dilewati trase tol Solo-Jogja-YIA masih keberatan dengan rencana itu. Keberadaan bangunan cagar budaya dan banyaknya pondok pesantren di lokasi itu jadi dasarnya.
Sikap warga ini mendapat dukungan dari anggota DPRD DIJ Syukron Arif Muttaqin. Anggota Komisi D ini menegaskan, pihaknya akan terus mengawal aspirasi dari masyarakat Mlangi. Ia juga menyinggung keberadaan Perda Nomor 3 Tahun 2017 yang mengatur soal tata ruang tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten di DIJ.
Salah satu pasal dalam perda itu menyebut Masjid Pathok Negoro di Mlangi sebagai bagian dari cagar budaya. Selain itu, wilayah di sekitar masjid juga disebutkan sebagai wilayah penyangga yang harus tetap dijaga guna mendukung dan menguatkan karakter kawasan.

“Mlangi juga salah satu wilayah pengembangan pendidikan dan budaya Islam di DIJ,” jelas Syukron Selasa (16/3). Ia menyebut para pemilik pesantren di Mlangi sudah punya program pengembangan terkait pendidikan dan kebudayaan Islam. Jika nanti Mlangi dilewati tol, program tersebut dikhawatirkan terganggu.
Setali tiga uang, Wakil Ketua DPRD DIJ Huda Tri Yudiana juga menegaskan akan terus mendukung aspirasi masyarakat Mlangi. Menurutnya, cagar budaya nilainya terlalu murah untuk diganti dengan uang.
“Nilainya mahal sekali. Nanti kita akan menyesal jika kehilangan cagar budaya itu,” ujar Huda. Selain itu ia juga meminta pihak yang sedang merencanakan pembangunan tol untuk merevisi desain tol yang ada, agar tidak lagi dilewatkan Mlangi. “Kan ini masih dalam perencanaan. Saya rasa biayanya murah untuk sekadar mengganti desain. Daripada harus kehilangan cagar budaya,” tandas Huda. (kur/laz)