SENYUM mengembang terlihat jelas di muka Hibatun Wafiroh, usai acara pelantikan kemarin (26/8). Ia merupakan satu di antara tujuh perempuan anggota DPRD yang dilantik di GOR Gemilang, Mungkid. Sudah dua periode ini, legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) III meliputi Kecamatan Windusari, Bandongan, dan Kaliangkrik ini berkantor di gedung DPRD Kabupaten Magelang. Sekilas, orang mengira mudah menjadi wakil rakyat. Padahal, prosesnya tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi sampai menjabat dua periode. Untuk menduduki jabatan penting tersebut, ia berupaya maksimal dalam meraup suara terbanyak. Baginya, perjuangan menjadi anggota DPRD periode 2014-2019 cukup mengesankan.
Saat kampanye dulu, Wafiroh terjun langsung ke masyarakat. Terutama di lereng Gunung Sumbing. Di sela acara pelantikan, pembawa acara memberikan waktu bagi Wafirah berbicara di hadapan hadirin. “Ketika itu, pembawa acara menyampaikan Ibu Wafiroh MAg itu Ibu Wafiroh dari Mahkamah Agung. Jadi, saya agak sedikit geli-geli gitu,” kenang Wafiroh dalam sambutannya.Memang, Wafiroh memeiliki gelar MAg. Artinya, gelar yang disandang dengan kepanjangan sarjana agama.Meski mengundang kelucuan waktu itu, Wafiroh tak sakit hati. Justru dari itu, ia kian bersemangat untuk memajukan masyarakat di lereng gunung. “Lucu-lucu geli waktu itu. Tapi sayabangga dengan masyarakat gunung. Di samping saya senang berinteraksi, kondisi masyarakat gunung yang mayoritas petani menjadi tantangan bagi kami untuk memperjuangkan mereka. Kami hadir untuk memberikan harapan pada mereka,” tegasnya.
Dengan lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat gunung, ia mengaku lebih banyak mendapat ispirasi. Juga informasi dan data-data di lapangan lebih jelas. Ditegaskan, saat menjadi anggota DPRD, sesorang harus mengetahui kondisi yang diwakili. Termasuk kalangan petani. “Itu menjadi inspirasi saya, melalui interaksi, basis data dan informasi lebih jelas. Petani itu lah yang mengetahui langsung kondisi di lapangan,” paparnya.Selama dua kali menjadi wakil rakyat, kian ia bersemangat untuk mewujudkan keterwakilan perempuan di bidang pembangunan. Ia mengaku, masih banyak yang perlu direalisasikan dalam pembanguan bersama perempuan. “Perlu dorongan perempuan dalam bidang kemasyarakatan dan pembangunan. Kabupaten Magelang tidak bisa bekerja sendiri, harus ada kerja sama,” katanya.
Dijelaskan, kehadiran perempuan diperlukan di semua lini kebijakan. Baik kebijakan di tingkat dusun hingga tingkat Pemkab Magelang. Sehingga ada sinergitas yang mengalir antara pembangunan dan perempuan. “Menjadi cita-cita bersama. Kalau Pemkab Magelang sendirian, pasti tidak bisa,” tegasnya.Ia juga berkeinginan, melalui anggota DPRD ini lebih bisa memajukan infrastruktur di pelosok-pelosok yang kurang. Masyarakat di pelosok selama ini belum maksimal dalam hal menerima pembangunan. Karenanya, harus dikembangkan dan disetarakan dengan masyarakat yang ada di perkotaan. “Air dan jalan, masyarakat desa perlu mendapatkan pelayanan yang bagus,” katanya.Hal lain yang ingin dikembangkan adalah soal pertanian dan lingkunganhidup. Menurutnya, kemajuan Kabupaten Magelang didukung dari sektor pertanian. Sayangnya, ini tidak diimbangi alokasi pendanaan yang cukup. Ke depan, ia berharap petani bisa berkontribusi dan mendapat dukungan penuh pemerintah.(*/hes)

Nusantara