RADAR JOGJA – Pameran Seni Rupa Nandur Srawung kembali digelar. Berlangsung dari 16 hingga 22 September di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran ini merupakan gelaran ke sembilan kalinya sejak pertama kali dilaksanakan pada 2013 lalu.

Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan ada semangat baru yang diusung pada gelaran pameran Nandur Srawung #9. Pihaknya berupaya untuk menghadirkan pameran seni yang inklusif. Artinya pameran seni bisa diakses oleh semua kalangan.

“Termasuk masyarakat yang awam dengan seni rupa. Kami merangkul semua seperti difabel dan generasi muda,” jelasnya saat jumpa pers di Ruang Seminar Taman Budaya Jogjakarta, Minggu (16/10).

Salah satu kurator pameran seni rupa Nandur Srawung #9 Arsita Pinandita mengatakan tahun ini mengusung tema Matrix//Mayapada. Bermakna gagasan untuk melakukan pembacaan realita ganda. Tepatnya antara fisik dan nonfisik.

Gagasan ini diharapkan mampu menjaring banyak kalangan peserta. Baik dari sisi konvensional maupun digital. Sehingga nantinya dapat mewadahi beragam bentuk artisitik dan komponen sosial.

“Terdapat lebih dari 240 partisipan, individu, dan kelompok yang turut terlibat dalam pameran Nandur Srawung #9. Tidak hanya dari Indonesia, ada juga seniman dari Amerika Serikat, Australia, India, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya,” katanya.

Selain pameran, ada beberapa pra acara yang telah digelar sejak 1 hingga 11 Oktober. Diantaranya program Nandur Gawe yang bertujuan untuk memberikan dukungan untuk projek seni. Ada pula program Srawung Sinau yang mewadahi para peneliti untuk melakukan riset.

Seperti pada penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya terdapat pula penghargaan Lifetime Achivement Award. Bagi seniman senior yang berdedikasi dan konsisten pada dunia seni rupa.

Adapula penghargaan Young Rising Artist Award. Penghargaan ini akan diberikan kepada seniman muda pilihan yang berusia kurang dari 35 tahun.

“Pengunjung bisa datang di Galeri Taman Budaya Jogjakarta mulai pukul 12.00-21.00 WIB. Pameran ini gratis, pengunjung hanya perlu registrasi secara online atau bisa juga langsung datang di galeri,” ujarnya. (isa/dwi)

Seni dan Budaya